Gara-gara sosial media, orang jadi doyan banget reuni. Temen SD, temen SMP, temen SMA, temen kuliah, temen pramuka, temen pecinta alam, temen arisan, temen sunat masal, pokoknya semua komunitas dibikin reuni.
Nah, ketika sedang reuni, pernah tidak kalian memperhatikan bahwa semua orang berubah sesuai usianya tapi semuanya masih berakting seakan-akan mereka masih seperti jaman dulu. Yang suka ngebully masih aja belagak jagoan dan mencela temen-temen yang dulu menjadi korbannya. Yang dulu jadi primadona masih aja berjalan dengan kaki menyilang dan pantat dilenggak-lenggokan seakan-akan sedang di atas catwalk. Begitu juga yang lain, semuanya berakting persis kayak zaman sekolah dulu.
Di saat reuni, pernah tidak kalian menemukan cewe yang dulu jadi idola karena kecantikannya, sekarang udah jelek dan gemuk. Sedangkan yang tadinya biasa-biasa aja bahkan cenderung jelek eh malah jadi cantik. Hal ini tidak hanya terjadi pada cewek, tapi juga cowok. Yang tadinya ganteng dan tajir, sekarang jadi jelek, botak dan gendut. Sementara yang miskin dan kucel malahan berubah jadi ganteng dan kaya. Menurut kalian, kira-kira apa yang menyebabkan hal itu? Saya coba bahas ya.
Perempuan cantik sangat menikmati menjadi primadona saat dia masih SMA atau kuliah, di mana kemudaannya sangat menonjol. Dia belum menikah dan kecantikannya yang gilang gemilang menempatkan dirinya pada posisi di mana dia bisa memilih cowok yang antri mengajak kencan sesuai dengan yang diinginkannya. Kulitnya masih bening dan kinclong, ototnya masih padat, wajahnya masih halus dan bercahaya.
Zaman keemasan itu tentunya terasa sangat manis sehingga dia ingin menjaga kecantikan itu selamanya. Artinya dia ingin mempertahankan kecantikan masa mudanya padahal dia tidak muda lagi. Referensi kecantikannya adalah ketika dia SMA atau kuliah, sementara saat reuni dia telah berusia di atas 40 tahun. Jadi ada yang tidak seimbang antara keinginan dan kenyataan. Mereka tidak memahami bahwa kecantikan itu memiliki karakternya sendiri-sendiri sesuai dengan umurnya.
Maksud saya begini, kalo kalian berusia 25 tahun, maksimalkanlah kecantikan usia 25 tahunmu itu. Kalo kalian berumur 40 tahun, pancarkanlah kecantikan usia 40 tahunmu. Kalo kalian berusia 78 tahun, Maksimalkanlah kecantikan 78 tahunmu. Jangan memaksakan diri untuk mempertahankan kecantikan 17 tahun saat usia kamu 25 tahun, jangan kamu paksakan kecantikan saat SMA ketika kau sudah berusia 40 tahun. Jangan kamu paksakan kecantikan 17 tahun waktu kau sudah berumur 78 tahun. Intinya adalah keluarkanlah kecantikanmu yang sekarang, bukan kecantikan masa lalu yang telah sirna bersama waktu.
Kita tidak usah takut pada usia karena Tuhan telah memberikan kecantikan yang luar biasa sesuai dengan usia yang kita punya. Dan tugas kita adalah bagaimana kecantikan sesuai usia tersebut bisa terpancar secara natural. Kalo kita memaksakan kecantikan waktu usia ABG di usia paruh baya, pasti akan sia-sia. Itulah sebabnya banyak orang tergoda untuk melakukan botox, sedot lemak, operasi plastik yang hasilnya pasti tidak akan keliatan alamiah. Apalagi kalo permak mukanya sama Haji Jeje, Hadeuh!
Sebaliknya, perempuan-perempuan jelek di usia muda malahan banyak yang menjadi cantik karena mereka sudah merasa dirinya dari awal memang tidak cantik. Mereka terbiasa untuk bertingkah laku secara natural tanpa kepura-puraan. Mereka tidak panik dengan pertambahan umur dan menerima apa adanya. Dan ada suatu momen di mana mereka akhirnya mengetahui bahwa sesungguhnya mereka tidak jelek. Mereka baru menyadari bahwa mereka sebenernya juga cantik tapi di masa muda mereka tidak mengerti cara mengeluarkan kecantikannya ke permukaan.
Seiring berjalannya waktu, pengalaman hidup mengajarkan mereka semua hal, termasuk bahwa kecantikan itu akan tumbuh sesuai dengan usia yang sedang dijalani. Mereka sekarang sudah menikah dan punya anak dan mulai belajar memperbaiki diri. Karena dari awal memang sudah merasa tidak cantik, perempuan-perempuan ini tetap jujur dalam menghadapi hidup. Dan kejujuran itu terpancar dari dalam auranya yang akhirnya menjelma menjadi kecantikan.
Okay biar tidak keliatan seksis, sekarang kita bahas soal cowok. Percaya tidak? Sebetulnya kalo terlahir sebagai cowok miskin, kalian harus bersyukur. Kenapa? Karena cowo miskin pasti sudah tahu problem yang dihadapi sejak kecil.
Apa masalahnya? Ya itu tadi; mereka miskin! Mereka sering mengalami bahwa keinginannya jarang dipenuhi oleh orangtuanya. Waktu kecil tidak punya sepeda, tidak punya motor apalagi mobil. Ke mana-mana mereka naik angkot sehingga membuat badan mereka lusuh dan bau matahari. Cowok macam begitu mana dianggap sama cewek-cewek jetset zaman sekolah dulu? Untungnya, sejak awal mereka memahami bahwa problem yang mereka hadapi adalah mereka miskin sehingga mereka otomatis juga mengerti bahwa solusinya adalah bagaimana bekerja keras untuk memperbaiki taraf hidupnya.