Mohon tunggu...
Budiman Hakim
Budiman Hakim Mohon Tunggu... Administrasi - Begitulah kira-kira

When haters attack you in social media, ignore them! ignorance is more hurt than response.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Sapardi Djoko Damono dan Buku Pepeng

5 Agustus 2016   01:02 Diperbarui: 5 Agustus 2016   08:12 565
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pukul 8.14, Kamis, tanggal 4 Agustus 2016, saya dapet kiriman foto di atas melalui WA dari Tami, isterinya Pepeng, Yak betul! Pepeng yang pelawak itu loh. Begitu ngeliat kiriman foto tersebut, saya langsung sujud syukur pada Allah SAW. Kenapa? Karena akhirnya buku Pepeng terbit juga. Sebuah penantian panjang yang memakan waktu lebih dari setahun, terhitung meninggalnya Pepeng pada tanggal 6 Mei 2015.

img-20160803-wa0004-3-57a382ab109373c21596e070.jpg
img-20160803-wa0004-3-57a382ab109373c21596e070.jpg
Sebelum wafat, Pepeng dan saya sering berhubungan lewat WA dan biasanya memang selalu tengah malam. Kenapa tengah malam? Karena kami berdua sama-sama mengidap insomnia. Jadi siapalah yang Pepeng bisa hubungi dan masih melotot matanya jam 2-3 pagi, kecuali orang yang punya penyakit sama. Insomnia Pepeng bahkan semakin menjadi-jadi ketika penyakit multiple schlerosisnya mulai menyerang. Kasian banget! Boleh dibilang hampir 24 jam kawan saya ini merasa kesakitan terus. Sering dia nge-WA saya malem-malem, alesannya sih untuk berdiskusi tentang buku. Tapi dalam hati, saya curiga kalo dia nge-WA saya bukan untuk diskusi tapi mencari cara untuk mengalihkan rasa sakitnya ke hal lain.

Pelawak Madura ini sudah lama pengen punya buku sendiri. Dia sering bertanya bagaimana caranya kok saya bisa produktif menulis buku. Saya sering bilang ke dia bahwa menulis buku itu seperti merobek selaput perawan. Pertamanya memang susah tapi selanjutnya jadi gampang dan enak banget. Kalo udah selesai buku pertama, maka buku kedua, ketiga dan seterusnya pasti lancar jaya, sukses makmur. Ngedenger penjelasan saya, dia ngakak doang, ga tau deh itu artinya percaya atau kagak.

Untuk memperlancar supaya bukunya cepet selesai, akhirnya Pepeng mempunyai strategi untuk membuat buku keroyokan. Judulnya "Di Balik Jari-jari.” Dan di bawahnya ada sub judul; ‘Pepeng di Mata Para Sahabat’. Sesuai dengan judulnya, maka sebagian besar isi buku ditulis oleh teman-teman Pepeng. Ada Andy F Noya, ada Sys NS, ada Reda L Gaudiamo, Shahnaz Haque, Ikang Fawzy dan masih banyak lagi. Bahkan untuk Kata Pengantar, Pepeng secara khusus meminta Chappy Hakim, mantan KASAU, untuk menulisnya.

Setiap kali ada kiriman tulisan dari seorang sahabat, Pepeng selalu memforward tulisan tersebut ke saya. Bukan untuk dikurasi tapi cuma sebagai bahan diskusi apakah tulisan tersebut mau ditarok di halaman depan, tengah atau di belakang.

Pukul 1 lewat tengah malam. Saya sedang asyik nonton TV di HBO. Tiba-tiba HP saya bergetar. Seperti biasa, ternyata ada pesan melalui WhatsApp dari Pepeng. Saya pelan-pelan mulai membaca,

"Jek, udah tidur lo?" Pepeng dan saya memang selalu saling memanggil dengan sebutan 'Jek'.

"Belum Jek. Biasanya jam 3 baru ngantuknya dateng." Saya membalas pesan WA-nya.

"Gini Jek. Gue mau minta usul lo, siapa lagi ya orang yang bisa gue minta tolong untuk menulis di buku gue?"

"Wuiih beneran nih gue boleh kasih usul?"

"Boleh dong. Gimana Jek?"

"Sebaiknya lo ajak Pak Sapardi Djoko Damono untuk nulis juga." kata saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun