Mohon tunggu...
Budiman Hakim
Budiman Hakim Mohon Tunggu... Administrasi - Begitulah kira-kira

When haters attack you in social media, ignore them! ignorance is more hurt than response.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Filosofi Pecinta Alam

2 Desember 2009   10:48 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:06 2092
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

ONE NEXT STEP - oleh : Ariadi Abimanyu   

Oktober tahun lalu gue nyoba naik gunung Kinabalu di Malaysia. Gue ngajak Budiman Hakim untuk bareng-bareng naik ke sana tapi dia menolak. Budiman udah ga sanggup naik karena back problemnya. Ya udah gue pergi aja sendirian. Iseng aja pengen coba-coba naik gunung lagi. Udah lama banget gak mendaki.

 

Terus terang setelah bertahun tahun gak naek gunung sejak jaman kuliah, gue cukup nekat mendaki gunung setinggi Kinabalu. Sendirian pula. Ceritanya mau cari tantangan gitu.. hasilnya? Gue beberapa kali ingin menyerah. Gak kuaatt!!

 

Selama mendaki, mental gue selalu jatuh setiap kali menengok ke atas. Setiap kali melihat tanjakan tanpa ujung di depan, gue langsung frustrasi. Tiap mendekati satu punggung gunung, gue selalu berharap itu adalah tanjakan yang terakhir. Tapi begitu tanjakan yang satu terlewati, lagi-lagi gue menemukan tanjakan selanjutnya. Aduh! Gua capek dan selalu ingin menyerah aja lalu pulang ke rumah.

 

Tapi ada satu hal yang gua belajar saat itu.

[caption id="attachment_32371" align="alignright" width="300" caption="Adit di Gunung Kinibalu"][/caption]

 

Gue sadar. Ternyata gua salah mensetting otak gue. Cara pandang gue menyulitkan diri sendiri. Lalu gue memutuskan untuk jalan menunduk saja dan melupakan tanjakan-tanjakan itu. Walau tetap tau tujuan gue adalah ke puncak yang masih jauh, tapi gua lebih memilih fokus hanya kepada setiap satu langkah lalu fokus lagi ke langkah selanjutnya dan begitu seterusnya Ternyata dengan cara itu gue baik baik saja.

Eh tau gak, ternyata dalam menjalani hidup juga sama loh! PS Ini tulisan sahabat saya Adit. Laporan lengkapnya bisa ditemukan di sini BH

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun