Hari Anak Nasional yang diperingati setiap tanggal 23 Juli menjadi momen penting bagi kita untuk merenungkan dan mengambil refleksi tentang pendidikan anak di era modern. Di tengah arus perkembangan zaman yang begitu pesat, seringkali kita tertarik untuk mengajarkan anak-anak sesuai dengan tuntutan zamannya. Namun, mari kita berhenti sejenak dan bertanya pada diri sendiri, apakah kita seharusnya mendidik anak-anak sesuai dengan zamannya, ataukah justru mendidik mereka sesuai dengan nilai-nilai Islam, nilai-nilai Al Qur'an yang kokoh sebagai fondasi generasi emas masa depan?
Sebuah kalimat bijak sering kita dengar berbunyi "Mendidik anak harus dengan pendekatan yang sesuai dengan zamannya." Tidak sedikit yang menyandarkan ucapan tersebut kepada sahabat mulia Ali bin Abi Thalib, bahkan ada yang meyakini bahwa itu adalah hadis yang disabdakan Rasulullah saw. Padahal hal demikian keliru, tidak benar adanya. Dalam teks arab berbunyi dalam beberapa versi:
لا تكرهوا أولادكم على آثاركم ، فإنهم مخلوقون لزمان غير زمانكم ". dan semisalnya.
Menurut situs islamqa.info yang diasuh oleh Syaikh Muhammad Shalih Al Munajjid ketika ditanya perihal ungkapan tersebut maka dijawab:
هذا الكلام لا يعرف عن علي بن أبي طالب رضي الله عنه ولا عن أحد من الصحابة أو غيرهم من السلف الصالح ، إنما يعرف من قول سقراط . هذا الكلام بهذا الإطلاق : غير صحيح ؛ فإن من الآداب الشرعية والأخلاق الفاضلة : ما لا علاقة له بزمان أو مكان
Dalam terjemahan Indonesia kurang lebih bermakna begini: "Kalimat tersebut tidak diketahui ada sumbernya yang berasal dari Ali bin Abi Thalib atau dari sahabat Nabi lainnya bahkan dari Ulama salaf terdahulu, tetapi kalimat itu diketahui bersumber dari ucapan Socrates (seorang filsuf Yunani). Kalimat ini juga tidak shahih sebab adab-adab syar'i dan akhlak mulia tidak ada kaitannya dengan zaman dan waktu. Itu adalah ucapan batil yang ditolak, sebab Rasulullah saw telah bersabda: sungguh aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik. (HR. Ahmad 8595 dishahihkan oleh Al Albani)
Lebih lanjut dalam situs tersebut menjelaskan bahwa manusia senantiasa berakhlak baik manakala dapat belajar adab dari para pendahulunya, seperti Rasulullah saw, para sahabat Nabi, para ulama salaf yang shalih. Mereka semua justru berbeda zaman dengan kita, tetapi metode pendidikan mereka dapat dijadikan pegangan karena bersumber dari nilai-nilai Al Qur'an, berdasarkan wahyu Allah melalui Rasul-Nya. Adapun hal-hal baik termasuk pengajaran yang ditemukan pada zaman modern ini dapat diadopsi selama tidak bertentangan dengan aturan syar'i seperti pendidikan dengan teknologi dan semacamnya.
Teknologi informasi dan media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari anak-anak. Oleh karena itu, mengintegrasikan nilai-nilai Islam dalam konteks digital menjadi suatu keharusan. Orang tua dan guru harus menjadi panutan dalam menggunakan teknologi secara positif dan bertanggung jawab, sehingga anak-anak juga dapat belajar untuk menggunakan teknologi dengan bijaksana dan tidak menyimpang dari ajaran agama.
Mendidik anak muslim di era modern juga harus memperhatikan pendidikan karakter dan akhlak. Selain memahami ajaran agama, anak-anak juga perlu dibekali dengan karakter yang kuat, seperti keteladanan dalam berbuat baik, kedisiplinan, kejujuran, dan rasa empati terhadap sesama. Pendidikan karakter ini akan membentuk kepribadian anak yang berakhlak mulia dan bertanggung jawab.
Saat ini, tantangan mendidik anak di era digital dan globalisasi menjadi semakin kompleks. Perkembangan teknologi yang pesat memberikan dampak yang besar terhadap cara anak-anak belajar dan berinteraksi. Oleh karena itu, mendidik anak tidak cukup hanya bersandar pada teknologi modern tetapi harus sesuai dengan nilai-nilai Islam, nilai-nilai Al Qur'an.