Mohon tunggu...
Budiman
Budiman Mohon Tunggu... Guru - Penulis ⦁ Mubaligh ⦁ Guru

Penulis 2 buku non fiksi remaja (Kun Al Fatih 2017 dan Falyaqul Khairan 2018) ⦁ Mubaligh (Alumni Ma'had Kutubussittah Babussalam Makassar 2016 dan Ma'had Albirr Unismuh Makassar 2021) ⦁ Guru (SMA Wihdatul Ummah Takalar)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Wejangan Emas Prof Haedar Nashir Bagi Para Dai dan Mubaligh Muhammadiyah Terkait Dakwah di Medsos

15 Juli 2023   11:13 Diperbarui: 15 Juli 2023   11:17 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Prof. Dr. H. Haedar Nashir, M.Si, menyatakan bahwa dalam era revolusi teknologi, media sosial (medsos) telah menjadi realitas yang nyata, bukan lagi sekadar dunia maya. Prof Haedar mengungkapkan pandangan ini saat memberikan amanat dalam rapat kerja nasional (rakernas) Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) PP Muhammadiyah yang diselenggarakan di Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta pada Jumat (14/7/2023).

Muhammadiyah Harus Adaptif Tak Larut Dalam Sistem

Menurut Prof Haedar, Muhammadiyah tidak dapat terlepas dari pengaruh era ini dan harus mampu hidup dengan cara menghasilkan karya-karya kemajuan yang mempengaruhi realitas, bukan sekadar dipengaruhi oleh perubahan tersebut. Prof juga menyatakan pentingnya Muhammadiyah untuk tetap adaptif tanpa larut dalam sistem, terutama dalam dakwah. Dia menggarisbawahi perlunya Muhammadiyah beradaptasi dengan meningkatkan jumlah mubaligh yang tidak hanya memiliki pengetahuan mendalam, tetapi juga memiliki tampilan dan gaya penyampaian yang menarik.

Beliau menjelaskan bahwa Muhammadiyah, sebagai organisasi modern dan maju, memiliki potensi untuk berkontribusi dalam membangun Indonesia. Ia menekankan pentingnya kemampuan Muhammadiyah dalam mengintegrasikan dunia digital ke dalam kepemimpinan organisasi. Prof juga menekankan perlunya menjaga dan merawat pola yang telah terbangun. Dalam konteks ini, MPI menjadi organ Muhammadiyah yang dapat mendinamisasi dan memanfaatkan proses baru dalam era ini. MPI memiliki potensi untuk menghasilkan berbagai konten, sajian, dan karya inovatif, inspiratif, serta informatif yang dapat memengaruhi ruang publik.

Mubaligh Muhammadiyah Tak Boleh Ketinggalan Zaman dalam Berdakwah

Prof Haedar menambahkan bahwa Muhammadiyah perlu menciptakan mubaligh yang mampu menginspirasi generasi muda melalui berbagai platform media terkini. Menurutnya, mubaligh harus memiliki tampilan yang tidak ketinggalan zaman dan kemampuan berbicara yang baik. Haedar juga berpendapat bahwa mubaligh Muhammadiyah harus tetap beradaptasi dengan keberlanjutan dakwah dan tidak terjerumus dalam pengaruh media sosial. Ia menegaskan bahwa pesan-pesan agama harus disampaikan secara menarik dengan didasarkan pada landasan ilmu pengetahuan yang kokoh.

Sebagai bagian dari realitas kehidupan, Ketum menyatakan bahwa mubaligh Muhammadiyah tidak boleh mengabaikan atau bahkan menentang media sosial. Sebaliknya, berbagai platform media sosial harus diisi dengan konten-konten positif yang memiliki nilai-nilai yang tinggi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun