Mohon tunggu...
Budiman
Budiman Mohon Tunggu... Guru - Penulis ⦁ Mubaligh ⦁ Guru

Penulis 2 buku non fiksi remaja (Kun Al Fatih 2017 dan Falyaqul Khairan 2018) ⦁ Mubaligh (Alumni Ma'had Kutubussittah Babussalam Makassar 2016 dan Ma'had Albirr Unismuh Makassar 2021) ⦁ Guru (SMP SMA Wihdatul Ummah Takalar)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Membakar Sampah Kian Populer Sejak Abad 19, Ini Penyebabnya

25 Juni 2023   19:45 Diperbarui: 25 Juni 2023   20:20 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masalah sampah (sumber: freepik.com)

Pembakaran sampah telah dilakukan selama berabad-abad, terutama di daerah pedesaan. Hal itu wajar terjadi karena tidak tersedia infrastruktur pengelolaan sampah yang memadai. Praktik ini memiliki dampak negatif pada lingkungan dan kesehatan manusia, seperti melepaskan zat kimia berbahaya dan berpotensi menghasilkan polusi udara[1]. 

Dalam beberapa kasus, pembakaran sampah juga disebabkan tradisi budaya[2]. Memang tak bisa dipungkiri, bahwa fasilitas yang tersedia terutama di masyarakat pedesaan sangatlah terbatas. Bahkan hampir tak ada mobil angkutan sampah yang melintas. Ini saya saksikan sendiri di desa saya. Akhirnya warga-warga setempat membuang sampah di belakang rumah.

Menengok ke masa silam tepatnya pada awal abad ke-19, pembakaran sampah menjadi lebih umum di kota-kota besar di seluruh dunia, terutama setelah adanya pandemi kolera pada tahun 1832[3]. Pada saat itu, pembakaran sampah dianggap sebagai solusi untuk mengurangi penyebaran penyakit dan bau yang tidak sedap. Namun, seiring waktu, praktik ini terbukti tidak efektif dan bahkan berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan.

Pada tahun 20-an, teknologi insinerasi atau pembakaran sampah modern mulai diperkenalkan di beberapa negara seperti Amerika Serikat dan Inggris[4]. Namun, teknologi ini masih kontroversial karena dapat menghasilkan emisi berbahaya dan limbah beracun. Sejak itu, banyak negara beralih ke praktik pengelolaan sampah yang lebih berkelanjutan seperti daur ulang dan pengomposan.

Referensi:

  1. https://archive.epa.gov/epawaste/nonhaz/municipal/web/html/index-3.html

  2. https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2352146520300989

  3. https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0956053X17304302

  4. https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0956053X17304302

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun