Mohon tunggu...
Budiman
Budiman Mohon Tunggu... Guru - Penulis ⦁ Mubaligh ⦁ Guru

Penulis 2 buku non fiksi remaja (Kun Al Fatih 2017 dan Falyaqul Khairan 2018) ⦁ Mubaligh (Alumni Ma'had Kutubussittah Babussalam Makassar 2016 dan Ma'had Albirr Unismuh Makassar 2021) ⦁ Guru (SMA Wihdatul Ummah Takalar)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Resensi Tulisan Esai Prof Azyumardi (Part 4)

5 Januari 2023   23:47 Diperbarui: 5 Januari 2023   23:52 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Resensi tulisan Prof Azyumardi (Sumber: dokpri)

Prof. Azyumardi Azra dalam bukunya Esei-Esei Intelektual Muslim & Pendidikan Islam telah menuangkan kompilasi gagasan yang sangat berpengaruh dalam dunia pendidikan hari ini. Buku beliau yang terbit tahun 1998 tersebut merekam dengan apik fenomena pendidikan Indonesia di masa lampau. Tepatnya sejak masa kolonial Belanda hingga Masa Orde Baru. Salah satu mosaik dalam tulisannya mengupas mengenai alumni IAIN dari kaum marjinal tahun 90-an.

Menurut penulis, Perguruan Tinggi di Indonesia mempunyai dua klasifikasi berdasarkan gengsi yang dimilikinya. Pertama perguruan tinggi yang mempunyai gengsi sosial yang tinggi. Hal itu tercipta karena para mahasiswa yang menimba ilmu di sana berasal dari lapisan sosial atas seperti anak pejabat, kaum borjuis dan sebagainya.

Yang kedua, perguruan tinggi mempunyai gengsi intelektual. Hal itu disebabkan karena perguruan tinggi tersebut mempunyai kualitas intelektual. Mereka melahirkan banyak kaum intelektual atau pemikir meski mahasiswanya bukan berasal dari lapisan sosial atas.

Menurut pengamatan penulis, secara empiris bahwa Mahasiswa IAIN kebanyakan berasal dari kelas bawah dan hanya sedikit dari kelas menengah. Orang tua mereka umumnya adalah petani pedagang kecil pegawai negeri, swasta dan semacamnya. Dengan demikian penulis menyimpulkan bahwa Mahasiswa IAIN secara sosial berasal dari kaum marginal yang tidak begitu memiliki kekuatan politik dan ekonomi.

IAIN sejak kelahirannya mengemban tujuan untuk mengangkat harkat kaum marginal secara sosial, ekonomi, intelektual dan agama. Berangsur-angsur dari tahun ke tahun terus mengalami perkembangan sejak 1 Juni 1957 hingga tahun 1975. Meski mahasiswanya berasal dari kaum marjinal tetapi alumni-alumni yang dihasilkan tak lagi marginal karena ketersediaan lapangan kerja yang begitu membutuhkan keterampilan mereka.

Melalui program PGSLP/PGSLA oleh departemen Pendidikan dan kebudayaan akhirnya dapat menyerap banyak tenaga alumni IAIN sebagai tenaga pengajar di SMP SMA. Demikian pula dengan Departemen lainnya seperti Departemen Luar Negeri, Departemen Penerangan, Departemen Kehakiman, Kejaksaan Agung dan selainnya turut membutuhkan tenaga dari para alumni IAIN.

Tak hanya itu, anak-anak IAIN juga aktif terlibat dalam kegiatan yang ada di lembaga-lembaga penelitian ilmiah dan pengembangan masyarakat milik swasta maupun pemerintah. Di antara lembaga tersebut adalah LIPI, LRKN, LP3ES, LSP, PPA, P3M, PLPIIS dan sebagainya. Menurut penulis, semua perkembangan ini tak dapat tercapai melainkan dengan mengangkat harkat IAIN menjadi sebuah perguruan tinggi yang bergengsi intelektual bukan bergengsi sosial yang tinggi.

Referensi: Azra, Azyumardi. 1998. Esei-Esei Intelektual Muslim & Pendidikan Islam. Cet. I (Jakarta: PT LOGOS Wacana Ilmu)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun