Mohon tunggu...
Budiman
Budiman Mohon Tunggu... Guru - Penulis ⦁ Mubaligh ⦁ Guru

Penulis 2 buku non fiksi remaja (Kun Al Fatih 2017 dan Falyaqul Khairan 2018) ⦁ Mubaligh (Alumni Ma'had Kutubussittah Babussalam Makassar 2016 dan Ma'had Albirr Unismuh Makassar 2021) ⦁ Guru (SMP SMA Wihdatul Ummah Takalar)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Resensi Tulisan Prof Azyumardi: Problematika dan Upaya Peningkatan Pendidikan di IAIN

4 Januari 2023   12:12 Diperbarui: 4 Januari 2023   12:23 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Resensi tulisan Prof Azyumardi (Sumber: dokpri)

Prof. Azyumardi Azra dalam bukunya Esei-Esei Intelektual Muslim & Pendidikan Islam telah menuangkan kompilasi gagasan yang sangat berpengaruh dalam dunia pendidikan hari ini. Buku beliau yang terbit tahun 1998 tersebut merekam dengan apik fenomena pendidikan Indonesia di masa lampau. Tepatnya sejak masa kolonial Belanda hingga Masa Orde Baru. Salah satu mosaik dalam tulisannya mengupas mengenai IAIN yang kini telah bertransformasi menjadi UIN.

Menurut penulis, IAIN adalah lembaga pengembangan dari PTAIN di Yogyakarta dan ADIA di Jakarta tahun 1960. Saat itu ada dua IAIN yang pertama dan utama berdiri yakni IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 

Adapun tujuan utama IAIN adalah memperbaiki dan memajukan pendidikan tenaga ahli agama Islam untuk menunjang keperluan pemerintah dan masyarakat. Dengan kata lain mengembangkan kerohanian dan intelektual masyarakat.

Masyarakat sangat merespons berdirinya IAIN sehingga lahirlah 14 IAIN lain di berbagai kota di Indonesia. IAIN yang lahir pada tahun 1960 sebenarnya adalah pengembangan dari STI yang didirikan pada 1945 di Jakarta sebelum proklamasi kemerdekaan. Setelah proklamasi kemerdekaan, pada 22 Maret 1946 nama STI diubah menjadi Universitas Islam Indonesia.

Menurut penulis, ada dua tujuan institusional IAIN. Pertama mencetak sarjana muslim yang berakhlak mulia, berilmu serta bertanggung jawab atas kesejahteraan umat dan masa depan bangsa negara republik Indonesia. Kedua melahirkan sarjana-sarjana muslim dan pejabat agama Islam yang ahli untuk mendukung kepentingan departemen Agama serta kepentingan umum bangsa.

Di IAIN terdapat 5 fakultas, yaitu Tarbiyah, Syariah, Adab, Ushuluddin dan Dakwah. Masing-masing fakultas ini kemudian melahirkan berbagai jurusan yang berbeda-beda sesuai bidang keahliannya. Seiring perkembangannya, IAIN juga mendapat keluhan dari masyarakat berupa kritik-kritik yang konstruktif. 

  • Pertama dalam kemampuan bahasa terutama bahasa Arab masih sangat lemah. Demikian pula dengan bahasa asing yang lain seperti bahasa Inggris yang belum begitu banyak dikuasai oleh mahasiswa.
  • Kritikan kedua adalah sistem dan metode yang digunakan. Saat itu sistem yang digunakan masih bersifat satu arah yang berpusat kepada dosen. Sehingga dosen lebih cenderung sebagai subjek yang aktif sedangkan mahasiswa hanya sebagai objek yang pasif.
  • Kritikan ketiga adalah lemahnya sikap mental ilmiah di kalangan dosen maupun mahasiswa. Interaksi ilmiah dan akademis yang terjadi hanya dalam ruang kuliah yang sempit. Dosen-dosen lebih cenderung kepada birokrasi yang dibarengi sikap feodalistik.
  • Kritikan keempat mengenai lemahnya piranti keras atau penggunaan sarana fisik. Saat itu perumahan Dosen belum memadai akibatnya interaksi mahasiswa dan dosen sangat terbatas. Selain itu tenaga dosen yang begitu kecil sehingga mempengaruhi rasio dosen.

Menghadapi berbagai kelemahan tersebut, penulis menawarkan beberapa alternatif solusi dan pemecahan masalah. 

  • Pertama-tama penulis mengusulkan perlunya penataan organisasi. Penataan yang dimaksud adalah dengan menempatkan IAIN di ibukota-ibukota provinsi Indonesia saja. Dengan demikian sarana yang diperlukan dapat lebih memadai dan mendukung perkembangan.
  • Kedua adalah penyempurnaan sistem pendidikan dan kurikulum. Kurikulum yang disusun supaya lebih terarah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan masa depan. Begitu pula dengan kurikulum supaya diarahkan untuk memberikan keahlian kepada mahasiswa sesuai kebutuhan masyarakat.
  • Ketiga adalah peningkatan personal yakni kuantitas dan kualitas civitas akademika. Salah satunya supaya diselenggarakan program studi purna sarjana atau yang disebut program S2 dan S3. Selain itu perlunya peningkatan aktivitas pengiriman dosen-dosen untuk belajar di luar negeri. 
  • Yang keempat adalah penataan dan pengembangan sarana sarana fisik, material dan keuangan. Ketiga faktor ini merupakan penunjang percepatan meningkatnya proses pendidikan di IAIN.

Referensi: Referensi: Azra, Azyumardi. 1998. Esei-Esei Intelektual Muslim & Pendidikan Islam. Cet. I (Jakarta: PT LOGOS Wacana Ilmu)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun