Mohon tunggu...
Budiman
Budiman Mohon Tunggu... Mahasiswa - speak up

overtihinker. menyampaikan suatu kebenaran

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pro dan Kontra Kebijakan yang Dibuat Nadiem Makarim

30 Juni 2021   15:57 Diperbarui: 30 Juni 2021   16:45 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jakarta -- Pandemi masih belum berakhir dan semakin meningkat angka penularan virusnya, terutama DKI Jakarta. Hampir diseluruh titik dinyatakan Zona Merah, penyebabnya dikarenakan masih banyak masyarakat yang tidak sadar akan protokol kesehatan, sudah beberapa razia diberlakukan dan masih banyak saja para pelanggar yang tidak taat prokes. Disamping itu dunia pendidikan juga diambang keresahan pasalnya Kemendikbud membuat kebijakan sekolah tatap muka, dengan tujuan untuk meminimalisir angka putus sekolah pada anak usia dini dan kekerasan dalam rumah tangga. "saya setuju, tetapi harus dengan banyak pertimbangan dan konsekuensi, sesimpel toilet sekolah deh" kata Rini pada saat diwawancara, Senin (28/06/2021).

Tingginya angka penyebaran menjadi salah satu hambatan untuk dibukanya/diberlakukannya kebijakan tersebut tetapi ada banyak dampak berimbang antara sekolah tatap muka dan jarak jauh, itu sangat dirasakan pada ibu satu anak tersebut.

"karena anak saya kan SMA yah, kelas 2, jadi buat saya itu udah cukup lah untuk memikirkan hal-hal yang agak sedikit self-awareness, lain halnya anak-anak SD yang dibawah kelas 3, yang masih agak susah diatur sih". Katanya

Penuh pertimbangan bagi tiap keluarga terkait pembelajaran tatap muka ini, sebab banyak juga keluarga yang tidak mampu memfasilitasi anaknya untuk pembelian gadget untuk sekolah online, yang ada pun tetap kesulitan untuk mencari sinyal.

"nah itu dia, saya pro sama pak Nadiem terkait itu, ga semua bisa sekolah online karena ga semua masyarakat kita itu sama, masih banyak kok orang diluar sana yang masih, maaf, kurang mampu lah buat beli gadget untuk sekolah online". Tambahnya

Kebijakan yang dibuat masih belum jelas detailnya seperti apa, apakah dipukul rata atau hanya beberapa batasan pelajar dan usia yang boleh sekolah tatap muka, bukan hanya anak-anak dibawah umur saja yang masih susah diatur dan bahkan orang dewasa pun masih bisa melakukan pelanggaran prokes.

"iyaa, dengan kebijakan yang seperti itu kalo menurut saya jangan keseluruhan dibuka, tapi segmented mulai dari SMA deh boleh, dibawah itu kayaknya saya ga yakin kalo penerapannya akan berjalan lancar, soalnya kan masih susah umur-umur segitu tuh diaturnya". Pungkasnya

Disisi lain adanya orang tua yang sama sekali tidak setuju akan diberlakukannya sekolah tatap muka, sebab beliau memiliki anak yang masih kecil.

"ga setuju saya mas, anak saya ini bandel, memang dia keliatannya ga nyaman selama sekolah online karena kan lebih mentingin main game kalo dia". Kata Seno

Banyaknya penurunan kualitas belajar juga karena dampak dari sekolah online, orang tua murid sangat merasakan sekali dampaknya dari sekolah online ini, hanya beberapa orang saja beranggapan sekolah online itu baik dan menjadi salah satu solusi terunggul dimasa pandemi ini.

"bukannya saya egois atau apa ya mas, soalnya sayanya juga takut dan kalopun sekolah tatap muka ada yang setuju gapapa, tapi harus adain juga yang online dong, jadi kaya setengah-setengah aja yang setuju silahkan, yang ga setuju ya online aja, gitu". Tambahnya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun