*
PAGI hari, si suami berpamitan kepada istrinya hendak ke pasar untuk menambal ban. Istrinya menganjurkan agar membeli ban baru saja. Tapi, ketika si suami bertanya apakah masih ada uang sisa, si istri menggeleng. "Ya, sudah, saya akan coba utang ke tukang tambal. Siapa tahu dia punya ban bekas yang lebih bagus dari ban ini."
Si istri tersenyum. Dia antar suaminya sampai ke pintu. Dia belum beranjak dari pintu sebelum suaminya hilang di tikungan sambil menuntun sepeda tua yang karatan itu.
Si suami akhirnya tiba di pasar, di sebuah bengkel sepeda. Ketika ia tuntun sepeda tuanya ke bengkel itu, si tukang tambal tersenyum. Ia berpikir akan mendapat rezeki pertama. Tapi, ketika si tukang tambal hendak meraih sepeda itu, si suami ragu. Mendadak terbayang olehnya telinga istrinya yang kehilangan giwang. Ia pikir, itulah satu-satunya harta berharga istrinya, dan sekarang hilang pula.
Mendadak si suami jatuh kasihan. Ia tak ingin istrinya menjadi sedih dan merasa hidupnya terlalu miskin. Ia pun berkata kepada tukang tambal. "Saya bukan mau tambal, saya mau jual sepeda ini."
"Dijual?"
"Ya."
"Ini sepeda tua."
"Ya."
"Murah, Pak."
"Jangan terlalu murah."