Mohon tunggu...
Budi Hermana
Budi Hermana Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Keluarga/Kampus/Ekonomi ... kadang sepakbola

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Panorama Samarinda di Atas Menara

19 November 2011   03:21 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:29 1246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sebuah masjid megah dan indah tampak di tepian sungai Mahakam. Masjid itu menjadi landmark, bahkan bisa jadi simbol baru kota Samarinda. Sebelumnya Samarinda dikenal sebagai ibukota provinsi Kalimantan Timur yang kaya dengan minyak, batubara, serta sejarah lama tentang jejak kerajaan tertua di Indonesia. Kini, bisa jadi, Samarinda akan dikenal sebagai kota dengan masjid terbesar kedua di ASEAN. Kubah dan menaranya terlihat menjulang tinggi. Keindahan masjid langsung terlihat dari jembatan dan tepian Mahakam yang menjadi urat nadi lalulintas perdagangan dan hasil pertambangan di ibukota Kalimantan Timur itu.

[caption id="attachment_143137" align="alignnone" width="645" caption="Masjid Islamic Center, Keindahan di tepian Mahakam"][/caption]

Kami berempat menyempatkan diri berkunjung ke Masjid Islamic Center yang berlokasi di Kelurahan Karang Asam Samarinda Ilir Pada hari ketiga ekspedisi budaya di Samarinda (16/11/2011). Jalan Slamet Riyadi memisahkan Masjid dari tepian Mahakam.  Lokasi Masjid berjarak satu kilometeran saja dari kantor Gubernur Kalimantan Timur yang berada pada sisi jalan yang sama. Foto di atas pun diambil dengan lensa jarak jauh dari depan kantor gubernur provinsi Kaltim.

Pada 10 November 2004 masjid Islamic Center diresmikan penggunaannya untuk sholat, sedangkan penggunaannya sebagai gedung Islamic Center diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 16 Juni 2008. Ada selentingan, Masjid akan dilengkapi lagi dengan menara yang lebih tinggi, namun masih menuai pro-kontra.

Masjid terdiri dari bangunan masjid utama, plaza dan tempat wudhu terbuka, serta gerbang pintu masuk utama yang menghadap jalan yang sejajar dengan tepian Mahakam. Total luas bangunannya sekitar 50 ribu meter persegi, termasuk luas bangunan utama 43 ribu meter persegi. Masjid juga dilengkapi dengan tempat parkir di basement dan halaman di sekitarnya, dengan daya tampung 200 mobil dan 138 motor di basement serta 391 mobil dan 430 motor di tapaknya.

Menurut narasumber lokal yang menemani kami, arsitektur masjid terinspirasi Masjid Nabawi dan Masjid Agung di Turki.  Warna kuning keemasan mendominasi warna masjid. Koridor yang membentengi plaza di bagian depan serta kedua sisinya tampak kokoh, namun terlihat ramah dengan disain pintu terbuka dengan ukiran indah di atasnya. Kubah raksasa terlihat cantik dihiasi ornamen artistik dengan warna putih dominan di tas warna hijau.

[caption id="attachment_143138" align="alignnone" width="644" caption="Kemegahan dan Kemilau keemasan memancar darii eksterior masjid"][/caption]

Bangunan masjid utama terdiri dari dua lantai yaitu lantai utama yang dapat menampung 20 ribu jamaah dan lantai Mezzanine atau balkon yang dapat menampung 10 ribu jamaah. Masjid dilengkapi dengan 4 menara di empat sudut mata angin dengan ketinggian masing-masing 70 meter, dua menara di gerbang utama dengan tinggi 57 meter, serta sebuah menara dengan tinggi 99 meter. Tinggi dalam satuan meter tersebut melambangkan 99 Asmaul Husna. Menara tertinggi tersebut berada di pojok depan sebelah kanan, atau di area plaza yang terletak di antara bangunan utama dengan gerbang utama menghadap ke Sungai Mahakam. Plaza terbuka yang dilengkapi dengan 18 unit tempat wudhu terbuka tersebut dapat menampung 10 ribu jamaah. Jadi masjid Islamic Center bisa menampung 40 ribu jamaah.

Menjelang tengah hari kami memasuki ruang utama masjid untuk menunaikan ibadah salat Dzuhr berjamaah. Kami mengambil wudhu di tampat wudhu terbuka di plaza. Selepas sholat kami pun berkeliling di dalam ruang utama. Ruang utama tidak menggunakan pilar penopang seperti masjid-masjid besar lainnya, misalnya Istiqlal. Berbagai ornamen dan pernak-pernik pun menghias interior masjid, termasuk bagian dalam kubahnya. Begug raksasa terlihat di bagian pintu masuk ke bangunan utama.

[caption id="attachment_143139" align="alignnone" width="646" caption="Interior bangunan utama, tanpa pilar penopang dan kaya ornamen artistik"][/caption]

Setelah berisirahat dan mendokumentasi interior masjid, kami bergerak ke menara utama yang terletak di sisi kanan dari bangunan utama masjid, atau terletak di sisi kiri jika dilihat dari tepian Mahakam. Di bagian bawah menara terdapat ruang kerja atau kantor. Beberapa poster atau display tentang masjid terpajang di sana. Di ruang kecil itu pula kami membeli tiket masuk untuk naik ke atas menara. Dengan membayar Rp 10 ribu kami pun naik lift sampai ke lantai 4. Ketika pintu lift terbuka, terpampanglah pemandangan indah di hadapan. Bagian atas menara tersebut dikelilingi kaca bening di semua sisinya, dengan hiasan ornamen di tepi kacanya. Dan, kota samarinda dan sekitarnya pun bisa dilihat dari menara masjid yang menjadi kebanggaan masyarakat Samarinda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun