Mohon tunggu...
Budi Hermana
Budi Hermana Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Keluarga/Kampus/Ekonomi ... kadang sepakbola

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Jakarta Menjulang Jakarta Tenggelam

12 Maret 2012   10:30 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:10 1687
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mungkin banyak yang tidak menyangka, Jakarta tergolong kota pencakar langit papan atas di dunia. Ibukota Indonesia ini menduduki peringkat ke-16 dari 100 kota, seperti tersaji di sini. Ada 198 bangunan yang tingginya di atas 90 meter. Wisma BNI 46 menjadi gedung tertinggi saat ini menurut situs tersebut dengan tinggi 262 meter. Namun Jakarta masih kalah sama Bangkok, Singapura, Kuala Lumpur, dan Manila. Berikut daftar 20 besar kota pencakar langit di dunia.

[caption id="attachment_165740" align="alignnone" width="584" caption="Jakarta tergolong pencakar langit papan atas di dunia"][/caption]

Semakin menjulang semakin banyak beban yang ditanggung bumi. Mungkin ratusan bahkan ribuan ton bahan bangunan membebani tanah ibukota. Belum lagi peralatan rumah tangga dan perkantoran mengisi ruang-ruang di hotel, apartemen, dan gedung perkantoran yang makin tinggi. Hunjaman pangkal tiang pancang pun mendera perut bumi.

[caption id="attachment_165741" align="alignnone" width="590" caption="Hutan beton di ibukota semakin "]

1331489227844317811
1331489227844317811
[/caption]

Serbuan hunian dan jalan raya seolah semakin menutupi permukaan tanah di Jakarta. Janji minimal ruang hijau sebesar 30% pun pesimis untuk diwujudkan. Angka 30% tersebut merupakan amanat Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang (UUPR). Sepuluh persen di antaranya wajib disediakan oleh masyarakat. Perlu tekad kuat dari pemerintah dan warga untuk menahan serbuan gedung menjulang dan perumahan agar tidak menyingkirkan ruang hijau di ibukota.

[caption id="attachment_165742" align="alignnone" width="591" caption="Semoga ruang hijau bisa bertahan di tengah himpitan hutan beton dan jalan raya"]

1331489370750580153
1331489370750580153
[/caption] Apakah tanah ibukota tahan dengan semua beban itu?

“Hasil penelitian Dinas Pertambangan DKI bekerja sama dengan ITB menyebutkan, tanah di Jakarta turun 1,4 cm setiap tahunnya. Penyebabnya, 17,5 persen karena eksploitasi air tanah dan 82,5 persen karena beban berat bangunan“. Itulah penggalan berita yang dikutip dari sini. Beban bangunan menjadi biang keladi utama yang membuat Jakarta semakin tenggelam.

“Penurunan tanah di Jakarta terjadi karena empat faktor, yakni pengambilan air tanah yang berlebihan, eksploitasi minyak dan gas, beban bangunan, dan konsolidasi alamiah lapisan tanah“ ujar Yusuf Effendi Pohan yang dikutip dari Kompas.com di sini. Pengambilan air tanah yang berlebih terkait dengan geliat kehidupan jutaan penduduk yang menghuni Jakarta. Kehidupan mewah di gedung bertingkat pun masih berdampingan dengan rumah warga yang semakin berhimpitan.

[caption id="attachment_165743" align="alignnone" width="593" caption="Ada yang menjulang, ada ribuan yang masih berhimpitan"]

1331489567321500362
1331489567321500362
[/caption]

Kita mungkin tidak merasa tanah Jakarta semakin melesak ke dalam karena saking perlahan-lahannya bumi ibukota amblas. Tanpa disadari, penurunan tanah pun mulai menjalar semakin luas. Saya kutip berita dari Kompas.com di sini: “Dari hasil penelitian yang dijalankan selama 1982-2010 dengan teknologi survei sifat datar (leveling survey) dan menggunakan alat global positioning system serta radar (Insar), Hasanuddin menemukan penurunan muka tanah tersebar di sejumlah tempat di Jakarta. Penurunannya bervariasi 1-15 cm per tahun. Bahkan, di beberapa lokasi terjadi penurunan 20-28 cm per tahun“.

Kepadatan hunian seiring dengan jumlah penduduk Jakarta yang sudah melebihi 10 juta orang. Jumlah orang di Jakarta di siang hari lebih dari itu ketika jutaan orang yang berdomisili di kota-kota sekitar Jakarta mencari nafkah di ibukota. Daya dukung lingkungan pun semakin menurun. Air tanah pun semakin tersedot pompa-pompa berkekuatan tinggi. Saat resapan air terkendala dengan tertutupnya permukaan tanah dengan besi beton, rongga-rongga di bawah tanah pun mulai mengundang air laut di sebelah utara Jakarta. Ancaman lain pun sudah di depan mata: Intrusi air laut ke daratan ibukota.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun