Mohon tunggu...
Budi Hermana
Budi Hermana Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Keluarga/Kampus/Ekonomi ... kadang sepakbola

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

“Bully” Karena Cinta, Boleh Kan Pak?

1 September 2012   06:23 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:03 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Iseng lagi ah berbalas pantun. Kali ini dengan Pak Dosen yang telah membuat tulisan berjudul: “Kekerasan Verbal Pun Terjadi di Zona Pendidikan”. Mudah-mudahan Beliaunya berkenan . Jika tidak, ya biarin aja. Toh, Pak Dosennya jauh ini  di Makassar hehehe

Pak Dosen, Saya tidak tahu persis definisi bully itu apa. Jika ucapan orang lain membuat tidak senang atau membuat diri ini tidak bahagia, mungkin termasuk Bully juga ya. Masalahnya, persepsi orang, atau cara menyikapi perbuatan atau ucapan tak menyenangkan bisa berlainan. Ada yang biasa saja saat dihardik dan disindir, namun bisa juga karena terlalu sensi, ucapan biasa-biasa saja pun bisa membuatnya menderita.  Mungkin kita harus lebih  bijak membuat perbedaan perlakuan sesuai karakter mahasiswa, demikian pula sebaliknya, mahasiswa bisa mengenal karakter dosen yang berbeda pula.

Saya sendiri tidak tahu seberapa banyak sudah mem-bully mahasiswa. Rasanya pasti ada yang mengganjal di hati seandainya telah membuat mahasiswa kecewa.  Tak jarang rasa sesal itu membuat kita introspeksi diri, lalu berujung kerelaan untuk memohon maaf kepada mahasiswa. Toh, dosen juga manusia, yang kadang bahagia, bisa belajar darinya, pun bisa juga didera derita gara-gara mahasiswa.

Sayangnya, ukuran kadar derita itu pun bisa berbeda. Keras belum tentu kasar, gemulai pun bisa  berakibat lalai. Konsekuensinya, mungkin kita sebaiknya berusaha proporsional, meski setiap orang punya standar atau kadar berbeda dalam  mengekspresikan itu. Keragaman ekspresi dan takaran dalam menyikapinya membuat dunia kampus menjadi kawah candradimuka bagi mahasiswa sebelum terjun ke masyarakat yang mungkin lebih kejam terhadapnya.

Kawah candradimuka bukan berarti dosen berhak menyiksa mahasiswa.  Namun jangan pula membiarkan mereka tersesat tanpa bisa berbuat apa-apa. Bisa jadi, menunjuk arah yang benar kepada mahasiswa pun terpaksa dengan cara “menunjuk-nunjuk” karena teladan atau pesan secara implisit ternyata tidaklah  cukup.  Sebaliknya, kawah itupun berlaku buat dosennya juga. Dosen pun bisa gagal lolos dari ujian ketika salah langkah dalam memperlakukan mahasiswa.

Saya pun mungkin sudah berbuat tidak adil ketika berusaha membuat mahasiswa cerdas bisa mengeksploitasi potensinya agar bisa meraih hasil maksimal.  Eksploitasi yang bisa menjadi “penderitaan” baginya, namun tidak ada niat sekalipun untuk menyakiti hatinya. Namun bisa dimengerti juga, niat baik seseorang belum tentu diterima dengan baik, meskipun hati ini mengangapnya seperti anak atau adik sendiri. Saya harus berusaha membaca  situasi dan kondisi secara pas, termasuk psikologis mahasiswanya.

Namun di lain waktu, saya berusaha berkompromi untuk tidak memaksakan mahasiswa – yang karena keterbatasannya – untuk “sekedar lulus” dengan karya cipta yang biasa-biasa saja, asal tetap memenuhi standar minimal. Toh kemampuan lulusan tidak hanya dilihat dari topik skripsi yang mentereng atau tercermin dari IPK-nya saja.

Udah ah, ini tulisan isengnya. Pokoknya, dosen bisa saja terpaksa berbuat “bully” terhadap mahasiswa, asal itu karena cinta, meski bisa berakibat menderita bagi keduanya. Semoga itu sementara saja.

Selamat berakhir pekan di awal bulan buat teman-teman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun