[caption id="attachment_142674" align="aligncenter" width="528" caption="Tronton bermuatan batubara lalu lalang di sungai Mahakam"][/caption]
Periode peperangan pun dimulai antara Aji Kado dan Aji Imbut. Akhirnya putera mahkotalah yang memenanginya. Pada tahun 1780, Aji Imbut berhasil merebut kembali ibukota Pemarangan dan secara resmi dinobatkan sebagai sultan dengan gelar Sultan Aji Muhammad Muslihuddin di istana Kesultanan Kutai Kartanegara. Konon, untuk menghilangkan trauma masa lalu perseteruan, pada tanggal 28 September 1782 Aji Imbut memindahkan ibukota kesultanan ke Tepian Pandan. Nama ibukota tersebut berubah menjadi Tangga Arung yang berarti rumah raja. Seiring dengan waktu, kini nama Tangga Arung berubah menjadi Tenggarong, yang kini menjadi ibukota pemerintahan kabupaten Kutai Kartanegara.
[caption id="attachment_142675" align="aligncenter" width="534" caption="Kantor Bupati Kutai Kartanegara di dilihat dari tepian mahakam"][/caption]
Kutai tidak luput dari penjajahan bangsa-bangsa Eropa, khususnya Eropa. Awalnya, kehadiran pasukan Inggris disambut terbuka karena berbiat dagang. Namun karena mendapat tanah sewaan yang kurang memadai, pasukan Inggris pun menyerang istana dengan meriam dari armada lautnya. Pasukan kecil Inggris akhirnya bisa diusir, namun tidak demikian dengan Belanda. Kerajaan Kutai pun harus takluk dan mengakui Hindia Belanda. Pada tanggal 11 Oktober 1844, Sultan A.M. Salehuddin harus menandatangani perjanjian dengan Belanda yang menyatakan bahwa Sultan mengakui pemerintahan Hindia Belanda yang diwakili oleh seorang Residen yang berkedudukan di Banjarmasin. Jejak kolonialisme pun terwakili dengan keberadaan dua meriam di sisi kiri halaman depan museum yang arsitekturnya bergaya Eropa.
[caption id="attachment_142676" align="aligncenter" width="540" caption="Bagian depan Museum Mulawarman dengan gaya arsitektur eropa"][/caption]
Singkat cerita, Indonesia terlepas dari penjajahan Belanda dan Jepang. Kutai Kartanegara pun tetap menjadi bagian dari NKRI sampai kini. Sejarah panjang di masa lalu itu pun sebagian mengisi Museum Mulawarman yang tepat di pinggir Sungai Mahakam. Berbagai display yang tersaji pun seperti deretan gambar bercerita tentang masa lalu Kutai Kertanagara. Ruang dan display seolah menjadi segmen-segmen waktu yang menceritakan babad kesultanan Kutai di masa lalu. Sebagian besar Sultan beserta keluarga terdekatnya disemayamkan di kompleks pemakaman yang terletak di samping Bangunan Museum Mulawarman
[caption id="attachment_142677" align="aligncenter" width="528" caption=". Kompleks pemakaman Kesultanan Kutai Kartanegara di samping Museum Mulawarman"][/caption]
Museum yang sedang direnovasi tersebut- diresmikan pada tahun 1971 oleh Pangdam IX Mulawarman- menjadi salah satu daya tarik saya berkunjung ke sana. Museum pun berdekatan dengan obyek wisata yang berada di depannya. Tepi mahakam pun tertata dengan baik. Pulau Kumala yang berada tepat berada di tengah sungai Mahakam telah direklamasi menjadi obyek wisata baru. Lintasan kereta gantung di atas melintasi pulau, sejajar dengan Jembatan Mahakam yang berdiri kokoh di atas sungai terlebar di Indonesia.
[caption id="attachment_142678" align="aligncenter" width="538" caption="Jembatan Sungai Mahakam di depan Kantor Bupati Kartanegara"][/caption]
*****
Itulah sekilas catatan penggalan sejarah dan jejak masa kini di tepi mahakam. Selama lima hari (13-17/11/2011)) saya dan teman-teman berada di Samarinda, ibukota Provinsi Kalimantan Timur yang kaya dengan minyak, gas alam, dan batubara. Saat ini provinsi Kaltim terdiri dari 10 pemerintah kabupaten- yaitu Berau, Bulungan, Kutai Barat, Kutai Kartanegara, Kutai Timur, Malinau, Nunukan, Paser, Penajam Paser Utara, dan Tana Tidung- serta 4 pemerintah kota, yaitu Tarakan, Bontang, Balikpapan dan Samarinda. Menurut Sensus 2010, provinsi yang luasnya lebih dari 245 ribu km persegi tersebut berpenduduk 3.550.586 orang.