Kopi dan pasta yang manis- sebagai kiasan dari copy-paste beretika atau menggunakan tata cara yang baik dan tidak melanggar peraturan dan etika- adalah mengutip kalimat atau pernyataan orang lain atau dari sumber lain dengan menyebutkan nama orang atau sumber lain tersebut pada tulisan kita. Cara tersebut disebut dengan mengutip, atau sering disebut sitasi. Informasi lengkap mengenai sumber kutipan atau sitasinya disajikan pada daftar pustaka atau referensi yang terletak di bagian akhir tulisan kita. Sitasi tersebut merupakan sebuah penghargaan atau penghormatan terhadap orang lain. Bahkan, ada orang atau sumber lain tersebut mensyaratkan kita harus memperoleh izin terlebih dahulu jika kalimat atau pernyataannya akan dikutip pada tulisan kita. Etika kutipan merupakan aspek yang sangat penting dalam penulisan karya ilmiah, dan merupakan cermin dari integritas, kejujuran, dan keterbukaan di kalangan akademisi atau masyarakat ilmiah di perguruan tinggi. Jangan sampai kita melakukan "Kopi dan Pasta Pahit" yang melanggar etika ilmiah, bahkan bisa diseret ke pengadilan jika melanggar peraturan dan perundangan yang berlaku. Bagaimana Caranya? Pada tulisan sebelumnya- dengan judul "Kopi dan Pasta Pahit di Dunia Kampus"- kita bisa menggunakan gaya gaul untuk menyebutkan sumber rujukan atau kutipan. Menyebutkan sumber rujukan atau kutipan dengan gaya bebas. Seenaknya, yang penting tetap disebutkan sumber. Namun gaya gaul tersebut jarang- kalau tidak bisa dikatakan mustahil- digunakan dalam penulisan karya ilmiah di perguruan tinggi atau publikasi ilmiah di berbagai prosiding seminar atau jurnal. Mungkin Anda pernah- bahkan sering untuk para penulis atau pembaca karya ilmiah- melihat contoh penggalan karya ilmiah seperti di bawah ini.
- Artikel ditulis oleh satu orang, bisa menggunakan tiga cara, yaitu misalnya, "Hermana (2004) menyatakan bahwa adopsi internet oleh pengusaha kecil dipengaruhi oleh kemudahan penggunaan dan manfaat internet ..............."; "Menurut Hermana (2004), adopsi internet oleh pengusaha kecil dipengaruhi oleh kemudahan penggunaan dan manfaat internet......................"; atau, "Adopsi internet oleh pengusaha kecil dipengaruhi oleh kemudahan penggunaan dan manfaat internet ....................... (Hermana, 2004).
- Artikel yang ditulis oleh lebih dari satu orang, caranya sama sepertinya di atas, bisa di depan atau di belakang, namun cukup menyebutkan nama keluarganya saja, contohnya, "Farida dan Hermana (2007) mengatakan bahwa adopsi internet pada wanita karir dipengaruhi oleh internet self-efficacy, internet anxiety, ..................."; Menurut Farida dan Hermana (2007) mengatakan bahwa adopsi internet pada wanita karir dipengaruhi oleh internet self-efficacy, internet anxiety, ..................."; atau, "Adopsi internet pada wanita karir dipengaruhi oleh internet self-efficacy, internet anxiety, ....................... (Farida dan Hermana, 2007).
- Artikel yang tidak dibaca langsung atau hanya diperoleh dari sumber lain yang kita baca. Contoh kutipanya adalah "Menurut Baum dan Maio (2000) seperti dikutip oleh Saber dkk (2006), tahapan pengembangan e-government terdiri dari empat tahap yaitu tahap kemunculan, interaksi, transaksi, dan transformasi ............"
- Pernyataan dari tokoh atau pakar yang dipublikasikan pada sebuah media, misalnya, "Saya kira pilar satu sudah tidak ada persoalan. Pilar dua dan tiga yang saya kira akan terus kita dorong” (Muliaman D Hadad, Kompas Online, 27 Juni, 2011)."
Beberapa variasi lain dari cara pengutipan dapat dilihat selengkapnya pada APA Style yang banyak tersedia di internet. Beberapa perguruan tinggi di Indonesia, penyelenggara seminar, atau penerbit jurnal ilmiah sudah mengadopsi APA Style tersebut sebagai acuan pada pedoman penulisan tugas akhir dan artikel atau karya tulis yang akan dipublikasikan. Ada beberapa modifikasi yang dilakukan, namun pada prinsipnya setiap perguruan tinggi sudah mempunyai pedoman baku yang diberlakukan di masing-masing institusi. Ada Gaya Lain? APA style banyak dijadikan pedoman untuk penulisan atau publikasi di bidang ilmu sosial. Namun, ada gaya lain seperti terlihat pada contoh berikut:
- Jangan sampai tulisan kita didominasi oleh satu sumber saja. Walaupun telah disebutkan sumbernya, tulisan kita tetap bisa dicap tidak berkualitas jika didominasi oleh satu sumber rujukan. Untuk itu, kita sering mendengar pembimbing tugas akhir membuat syarat minimal jumlah rujukan, bahkan jumlah minimal jurnal ilmiah- baik jurnal nasional maupun international.
- Hati-hatilah mengutip, atau jangan asal mengutip. Selain mempertimbangkan masalah kualitas sumber rujukan, kita perlu cermat dan hati-hati dalam mengambil atau menulis ulang sebuah kalimat atau pernyataan. Jika kita salah atau tidak hati-hati ketika mengutip, orang bisa mengajukan protes atau klaim karena merasa tidak pernah menulis kalimat yang dikutip oleh kita.
- Usahakan kita membaca langsung dari sumbernya. Sering kita hanya mengutip kalimat dari tulisan si A, padahal si A tersebut mengutip kalimat tersebut dari si B. Artinya, kita tidak langsung melihat kalimat dari Si B. Memang ada teknik kutipan untuk kasus tersebut seperti yang sudah dijelaskan pada contoh kutipan nomor 4 di atas.
- Upayakan sumber rujukan yang bermutu walau kriteria bermutu bersifat relatif. Sebagai acuan umum, jika tulisan kita banyak mengutip jurnal ilmiah- apalagi jurnal international yang bereputasi- maka orang menilainya lebih baik dibandingkan yang tidak mengutip jurnal bergengsi. Beberapa pendapat mengatakan bahwa rujukan yang bermutu sebaiknya berupa hasil penelitian yang dipublikasikan di jurnal- baik nasional dan international. Mutu jurnalnya pun berbeda-beda yang dapat dilihat dari citation index atau sudah terakreditasi- baik nasional maupun international. Rujukan berikutnya bisa berupa textbook atau buku rujukan, bahkan bisa berupa file elektronik yang ada di internet. Namun khusus untuk rujukan dari internet harus dipilih secara cermat dan hati-hati, seperti sudah dibahas dalam tulisan sebelumnya.
- Buatlah catatan kecil- di luar karya tulis kita- yang menyimpan file elektronik dari berbagai sumber rujukan kita. Hal ini diperlukan ketika kita melakukan pelacakan kembali kalimat yang dikutip dalam tulisan kita. Catatan tersebut menncakup informasi halaman yang ada kalimat yang dikutip oleh kita, alamat URL, serta informasi penting lainnya. Syukur-syukur, catatan tersebut berupa Annotated Bibliography, seperti pernah dijelaskan pada tulisan sebelumnya.
- Tata cara penulisan kutipan harus konsisten dan sesuai dengan pedoman. Misalnya, jangan sampai cara penulisan kutipan atau daftar pustakanya berbeda-beda antara satu rujukan dengan rujukan yang lain. Misalnya pada daftar pustaka, ada tahun penerbitan yang dicantumkan di awal, tapi pada artikel lain, tahun penerbitannya diletakkan di akhir.
- Teknik kutipan beserta daftar pustaka yang disusun secara sistematis dan lengkap sangat dibutuhkan oleh pembaca atau pihak lain. Tujuannya adalah untuk melakukan penelusuran ulang terhadap sumber rujukan dari tulisan kita. Dengan tata cara kutipan yang baik, orang lain bisa berhasil mencari dan menemukan sebuah textbook dengan mudah setelah membaca tulisan kita. Jadi, jangan sampai kita salah mengutip karena akan menyesatkan orang.
Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya. Jadi, silahkan memilih gaya sesuai selera yang disepakati di perguruan tingginya masing-masing. ------------ Hufffffff, dah ah, kok pusing dan mumet ya. Untuk sementara tobat dan rehat dulu :) Tulisan terakhir dari dua tulisan sebelumnya, trilogi mumet :)
Cari-Cari Referensi
Kopi dan Pasta Pahit di Dunia Kampus
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H