Mohon tunggu...
Budi Hermana
Budi Hermana Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Keluarga/Kampus/Ekonomi ... kadang sepakbola

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pilah-Pilih Definisi

6 Juni 2011   16:28 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:48 3740
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Komponen Teori Definisi merupakan salah satu komponen yang membangun  sebuah teori. Dengan definisi, kita bisa lebih mudah mengartikulasikan atau memaknai sebuah teori.  Contoh, ketika kita membahas tentang teori permintaan dalam ekonomi mikro, kita akan lebih mudah memahami teori tersebut jika membaca kalimat: "Permintaan adalah sejumlah barang atau jasa yang bersedia dan mampu untuk dibeli oleh konsumen pada harga tertentu ", dari pada hanya melihat rumus matematika atau grafiknya semata.  Jadi, ketika Kita membicarakan sebuah teori maka kita tidak terlepas dari definisi di dalamnya, termasuk deskripsi atau penjelasan tentang konsep atau variabel yang menyusun teori tersebut. Katakanlah kita sedang meneliti dengan topik pemasaran, maka kita harus memahami definisi dari bauran pemasaran (marketing-mix) atau berbagai konsep atau variabel lain yang ada di bidang pemasaran. Mengamati berbagai definisi bisa dilihat dari kerangka waktu. Ini mengingat bahwa ilmu itu terus berkembang. Definisi terlihat saling susul menyusul. Definisi yang pertama kali dikemukakan oleh seorang peneliti atau pakar, selanjutnya dikembangkan- bahkan bisa saja dibantah atau dikoresksi oleh peneliti lain pada masa-masa selanjutnya. Mengingat definisi tersebut biasanya berhubungan dengan suatu teori atau proses penelitian, perkembangan definisi tersebut bisa membentuk peta jalan (road-map) dari perkembangan teori- atau minimal perkembangan penelitian yang dilandasi oleh definisi tersebut, atau perkembangan definisi itu sendiri dari tahun ke tahun. Dalam konteks perkembangan ilmu pengetahuan, perkembangan definisi dalam sebuah bidang ilmu atau teori yang serumpun bisa juga menunjukkan upaya para pakar, ilmuwan, atau peneliti untuk menguak rahasia alam. Perkembangan definisi (beserta teorinya) seolah menjadi pohon ilmu yang terus tumbuh- mulai dari benih ilmu yang disemaikan para penemu awal, terus berkembang membentuk dahan dan ranting, dipupuk oleh para peneliti berikutnya, sampai akhirnya berbunga dan berbuah. Ketika sebuah definisi variabel masih bersifat abstrak, kita bisa mengembangkan lebih lanjut menjadi sebuah pendekatan atau proksi. Proksi atau alat ukur tersebut diperlukan dalam pengukuran variabel pada saat pengambilan data.  Pengambilan data pada dasarnya merupakan upaya untuk mengisi variabel tersebut dengan sebuah nilai. Nilai atau skor tersebut dapat diketahui dari jawaban responden terhadap kuisener atau hasil pengamatan dengan menggunakan daftar isian yang telah disusun sebelumnya . Sebagai contoh, kita bisa melihat melihat definisi kemiskinan yang sudah dibahas di sini. Apapun definisi yang kita rujuk, semuanya masih bersifat abstrak dan kadang relatif sulit digunakan sebagai pedoman pengukuran variabelnya di lapangan. Kita pasti mengalami kesulitan jika harus menentukan atau menghitung orang yang  kehidupannya disebut tidak bermartabat.  Apa ukuran atau indikator yang bisa digunakan bahwa hidup seseorang disebut bermartabat? Akhirnya kita harus  mengembangkan lebih lanjut definisi tersebut agar bisa menjadi panduan dalam pengambilan data di lapangan. Pengembangan definisi bisa juga berarti penyederhanaan. Sebagai contoh, BPS akhirnya menggunakan ukuran uang atau penghasilan untuk mendefinisikan ”orang miskin”. Dengan mengacu ke definisi tersebut akhirnya BPS bisa menghitung jumlah orang miskin di Indonesia setelah dilakukan sensus. Terlepas dari perdebatan tentang definisi kemiskinan, BPS sudah membuat proksi atau definisi operasional tentang kemiskinan. Inilah contoh proksi yang digunakan untuk mengukur orang miskin. Bagaimana kita membuat definisi operasional atau proksi untuk mengukur efektifitas kepemimpinan, motivasi, kualitas layanan, jiwa wirausaha, daya saing lulusan, dll? Langkah awalnya adalah mencari definisi dari variabel-variabel tersebut. Memilih Definisi Lalu definisi yang mana yang harus kita gunakan dalam sebuah penelitian dari begitu banyaknya definisi?  Sebagian di antaranya- atau minimal satu definisi yang berhubungan dengan sebuah variabel, akan menjadi calon definisi operasional yang menjadi pondasi dalam penyusunan instrumen penelitian atau kuisener. Ada beberapa faktor pertimbangan yang bisa digunakan dalam proses pemilihan definisi. Pertama, definisi tidak harus selalu berkaitan dengan variabel penelitian. Beberapa konsep atau istilah yang digunakan atau yang ada dalam proses penelitian, juga harus jelas pengertian atau definisinya. Misalnya, pada penelitian mengenai efektifitas kepemimpinan para pengusaha kecil, kita tidak hanya mendefinisikan variabel efektifitas kepemimpinan saja, namun harus mengetahui juga pengertian atau definisi dari usaha kecil. Kedua, kutiplah beberapa definisi dari peneliti atau tokoh ternama yang terpublikasikan- baik dalam bentuk textbook atau jurnal nasional atau international. Ketokohannya biasanya berkibar di bidang ilmunya. Siapa yang tak kenal dengan Philip Kotler atau Renald Kasali dan Hermawan Kertajaya di Indonesia jika kita meneliti di bidang Manajemen Pemasaran. Tidak afdol rasanya jika tidak mengutip definisi ekonomi dari "Biang"-nya ilmu ekonomi, seperti Adam Smith dan para begawan ekonomi nasional atau international.  Setiap bidang ilmu, pasti ada ”dewa” atau ”mbah”-nya, baik di tingkat internasional ataupun di tingkat nasional. Bahkan syukur-syukur kita bisa melihat bagaimana sebuah definisi itu berkembang terus dari waktu ke waktu. Asal jangan lupa etika dalam pengutipan pendapat atau pernyataan dari para ahli tersebut. Ketiga, kutipan definisi yang bermutu juga bisa dilihat dari seberapa banyak definisi tersebut dikutip oleh orang lain. Ini merupakan salah satu ukuran ”kredibilitas” atau ”tingkat kepakaran” dari penemu atau pengemuka definisi tersebut. Ukurannya adalah Citation Index dari karya ilmiah dari pengarangnya. Beberapa jurnal online atau basis data paper menyajikan informasi tentang citation index tersebut. Keempat, definisi variabel juga bisa dikeluarkan oleh lembaga yang berkompeten dengan bidang ilmu atau bidang terapan di industri atau masyarakat. Definisi kredit macet bisa mengacu ke Bank Indonesia. Kemiskinan bisa merujuk ke BPS atau Worldbank. Upaya mengutip definisi dari lembaga atau instansi di masyarakat tersebut juga bertujuan untuk menghubungkan definisi teoritis dengan definisi praktis yang mungkin dibuat oleh berbagai lembaga di masyarakat. Kelima, jangan lupakan pengertian yang mungkin ada dalam peraturan-perundangan di Indonesia. Ketika membahas tentang otonomi daerah, kita harus merujuk ke UU yang melandasi implementasi Otonomui Daerah di Indonesia, berikut peraturan di bawahnya jika perlu. Pengutipan definisi dari perspektif peraturan dan perundangan ini juga untuk membumikan atau mengkaitkan hasil riset kita dengan dunia praktisi atau masyarakat- yang mungkin lebih dipengaruhi atau lebih banyak merujuk  peraturan tersebut dibandingkan dengan definisi yang ada pada laporan hasil riset di perguruan tinggi. Keenam, coba lakukan ulasan singkat mengenai beberapa definisi tersebut, bisa mengenai perbedaan atau persamaannya. Bisa juga kita mengutip pendapat penulis lain yang mengkritisi tentang definisi yang memang bermacam-macam dilihat dari redaksi, substansi dan nama para pencetusnya. Ketujuh, dari beberapa definisi tersebut biasanya terkait dengan teori yang dibangun berdasarkan definisi tersebut. Carilah teori tersebut. Kejar juga karya ilmiah- misalnya paper seminar, jurnal nasional atau jurnal international, yang menggunakan atau mengutip definisi tersebut dalam penelitiannya. Dengan cara seperti ini, jangan kaget ketika Anda menemukan definisi operasional, bahkan sudah tersedia kuisenernya, sehingga anda tinggal menggunakan atau memodifikasikannya. Untuk tingkat skripsi, menggunakan model isntrumen penelitian yang sudah ada bisa dilakukan, asal jangan lupa menyebutkan sumbernya. Untuk tingkatan skripsi, mungkin tidak harus sampai menyebutkan semua definisi untuk semua konsep atau terminologi yang ada dalam skripsinya. Bisa saja dosen pembimbing hanya mensyaratkan definisi yang jelas dan berbobot hanya untuk definisi variabel utama yang ada dalam model penelitiannya. Sekali lagi, semua tergantung kebijakan atau standar yang berlaku yang mungkin berbeda-beda di dunia pendidikan tinggi. Namun, definisi yang jelas tentang sebuah variabel menjadi syarat utama untuk penelitian yang menggunakan instrumen penelitian atau kuisener. Terus, kalau kita sudah mempunyai definisi variabel tersebut, apa langkah selanjutnya agar bisa melakukan pengukuran variabel tersebut di lapangan? --- Tulisan terkait sebelumnya: 1. Utak-Atik Teknik Mengukur Variabel 2. Konsep dan Miskonsepsi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun