Drama tadi begitu menegangkang, bagaimana garuda-garudamuda memulai start babak pertama dengan terbawa permaianan, hariamau malaya, bagaikan cengkraman harimau tak mampu menerbangkan garuda. hingga jebol juga gawang garuda. seandainya barisan belakang lebih konsentrasi walhasil, mungkin garuda tak terkena cengkraman harimau malaya.
malaya atau malaysia, sebenarnya serumpun dari dataran malaya yang menjulang jauh yang dahulu sering disebut sebagai Nusantara, jadi Nusantara bukan sekedar nama untuk negeri kepulauan kita ini.
garuda meradang dengan gagah berani menuju kekuatan sayap dan kaki cengkramannya, akhirnya dengan kecepatan dan ketepatan 20 mampu menjungkal balikan harimau malaya, hingga berimbang sekarang skor yang muncul...
great..hebat...kecepatan dan ketenangan membuyarkan 3 peluang emas yang muntah oleh penjaga gawang Malaya. walhasil skor 1 sama. namun apa, ternyata malaya masih terlalu tangguh untuk dikalahkan, masih tangguh. tak apalah minimal hari ini harimau malaya terkena semangat garuda Muda.
nasinalisme kita terbangun begitu kokoh, terbentuk sertamerta bagaikan pejuang yang merindukan kemerdekaan, kita hari ini di beri ajaran bahwa nasionalisme kita terbungkam, atau meneriakan semangatnya kembali, hanya lewat pertandignan bola. sibundar yang selalu menggelindingkan nasionalisme kita. sempat ingat dengan pesan M. AMin Rais, disalah satu bukunya bahwa, nasionalisme kita secara umum bagaikan penonton sepakbola, sorak sorai sementara, selanjutnya mati tak bersisa.
mungkinkah nasionalisme kita harus seperti suporter atau seperti atlit itu, yang berjuang mati matin, hingga menitihkan air mata. ironi negeri ini. tapi hari ini nasionalisme kita bangkait oleh 11 pemuda muda, lebih 1 dari harapan soekarno yang menginginkan 10saja. bonus 1 untuk negeri ku INDONESIA. Lanjutkan GARUDA MUDA.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H