Sebuah lagu dari Banda Neira dengan petikan gitar yang membuat hati saya kembali terpatri pada malam ini. “Bersembunyi di balik tirai memandang jalan” lirik pada bait pertama yang akhirnya mengantarkan saya untuk membuka laptop pinjeman dan mulai memainkan jemari saya menari di atas keyboard. Di sudut tempat ini mereka sedang asik menyaksikan sebuah film holywood dengan tema action.
Saya memilih menyindiri disini, di salah sudut lainnya sembari menikmati kopi ku. Memandang jalanan yang seperti biasa, sunyi dan sepi. Malam ini adalah malam ke tujuh di bulan ramadhan, dan tahun kelima saya pergi jauh dari tanah kelahiran. Disini di perantauan dan entah sampai kapan saya akan seperti ini. Menikmati hari-hariku jauh dari hiruk pikuknya ibukota Jakarta.
Entah bagaimana caranya saya bisa melewati semua ini. Lima tahun adalah waktu yang sangat singkat bagi saya sampai saya berada di titik ini. Berpindah dari satu kota ke kota lainnya, berawal dari kota Mataram, Lombok, Nusa Tenggara Barat, hingga saya terlempar di kota tepian Samarinda.
Sepi rasanya ramadhan tanpa keluarga, tanpa canda tawa saudara kandung dan tanpa masakan yang sangat enak dari mama. Saat ini yang ada hanya kesepian, kesendirian, dan sunyi. Jujur lidah ini merindukan masakan dari mama dengan menu sambal dan telor dadar nggak ketinggalan ketimun untuk menahan rasa haus saat berpuasa.
Cukuplah cerita kesedihan itu, setidaknya semua itu menjadi bagian dalam hidup saya sekarang ini. Ini semua akan menjadi bekal saya untuk tetap semangat dan terus berpacu untuk melangkah menuju kesuksesan kelak. Karena saya yakin dalam ‘pelarian kecil’ saya ini akan mendapatkan banyak ilmu yang bermanfaat.
Kembali saya mendengarkan lagu Di atas kapal kertas – Banda Neira, saya berangkat diatas kapal kertas, menepi di kota tepian dan menggantungkan haluan. Saya akan menambal, menyulam dan menghindari karam. Kelak saya akan menyandarkan layar ini diantara suka diantara duka. Melipat jarak dan menantang alam. Dan ketika disana hujan tiada berkesudahan membasahi semua sudut kota yang menghapus semua jejak pulang. Saya akan kembali ke serambi hatimu pada sebuah pagi. Saya berjanji untuk itu.