Penulis: @MrsFitria
Ibarat seperti senja yang hadir setelah cerah mentari dan bersiap untuk menyambut gelap, namun menghadirkan keindahan jingga luar biasa. Memanjakan mata, menentramkan pikiran, menyejukan perasaan.
Tak ingin sejenak memandangnya, ingin selamanya menyaksikannya. Tapi dia hanya sebuah senja yang hadir diantara mereka (pagi dan malam) yang menghiasi dan kemudian berlalu meningalkan jingga. Bahkan saat mata ini terpejam untuk membayangkannya dia tetap saja berwarna jingga.
Aku ingin saja menyaksikanmu menghilang tertelan awan gelap dengan duduk diujung sebuah dermaga kayu sambil berayunkan kaki sekedar termenung dan berfikir apakah kita akan bertemu lagi esok ? apakah kamu akan seindah sore ini ? apakah jinggamu akan selalu berkilau hingga mampu menghipnotisku untuk terus bertahan menanti hadirmu?
Bisa saja aku bergegas bersiap menyaksikan mentari terbit atau mendongak memandang langit luas, Menyaksikan bulan dan bintang. Tapi aku terlalu takut untuk menikmati mereka karena saat mentari terbit aku harus bersiap memulai aktifitasku dan saat malam tiba bulan dan bintang menyinari aku harus segera terlelap.
Tapi sekali lagi senja yang hadir diantara mereka (pagi dan malam) berbeda, dia (senja) entah mengapa membuatku selalu merasa nyaman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H