Mohon tunggu...
Budi Setiawan
Budi Setiawan Mohon Tunggu... -

Sesuatu yang kita sebut 'nasib' itu bukanlah sebuah keadaan yang permanen. Dia sangat lentur, luwes,dan reaktif. Dia berespon kepada kualitas sikap dan tindakan-tindakan kita, tanpa menyumbangkan pendapatnya sendiri. Dia 'nasib' itu, berupaya sangat netral, meskipun sebetulnya dia sangat berpihak kepada keberhasilan dan kebahagiaan kita (MT). Detail about me in http://budirich.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Menerawang Masa Depan Saham Apple?

5 November 2012   10:23 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:57 452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13521109361047525992

Melakukan pengamatan sederhana mengenai tempat berinvestasi terbaik dengan cara membandingkan beberapa instrument investasi ternyata menarik perhatian saya untuk melihat dan mencoba memprediksi harga saham Apple di masa depan. (Baca: The Sexiest Place to Invest)

Dalam pengamatan selama bulan oktober 2012, saya dapati harga saham Apple turun 11% hanya dalam waktu satu bulan. Jika kita lihat lagi dengan mengacu pada harga tertinggi Apple yang pernah menyentuh angka $700 per lembar pada bulan september 2012 lalu, maka harga saham Apple turun sekitar 15% dalam kurun waktu 2 bulan. Ada apa dengan saham yang pernah menjadi saham termahal di dunia ini? Apakah saham ini sudah over value atau ini hanya gelumbung Apple sesaat yang kemudian akan meledak?

Hari itu tanggal 21 September 2012, Apple menjadi perusahaan dengan harga saham termahal di dunia yaitu $700 per lembar atau sekita Rp.6,7 juta (USD9.671). Jika kita ingin membeli satu lot saham tersebut maka kita harus mempunyai uang sekitar Rp.3.3 Milyar. Ingat hanya untuk 500 lembar atau 1 lot saham. So expensive.

Bandingkan dengan harga saham Multi Bintang Indonesia (MLBI). Saham termahal di Indonesia itu hanya Rp.702.000 per lembar pada penutupan 1 November 2012 lalu atau 9,3 kali lebih kecil dari saham apple.

Saham Apple di masa depan.

Saya mencoba melihat potensi harga saham Apple bercermin pada beberapa faktor. Antara lain:

  1. Potensi Konsumsi Negara Berkembang. Agustus 2012 lalu lembaga research McKinsey & Company memprediksi bahwa pada tahun 2025 konsumsi tahunan di negara berkembang akan mencapai $ 30 trillion. Tapi sayangnya peningkatan konsumsi itumungkin tidak untuk dibagi ke negara atau perusahaan dari luar negara mereka secara cuma-cuma. Hal ini dilakukan searah dengan kebijakan dari masing-masing negara untuk menggalakkan cinta produk dalam negari. Ini wajar dan masuk akal di tengah kelesuan ekonomi global saat ini. Export pasti tidak sebaik sebelum krisis, sebagai tambal sulam untuk menutupi minus growth dari sisi export, salah satu cara adalah dengan meningkatkan konsumsi domestik. Bisa bayangkan China, India, dan Indonesia dengan jumlah penduduknya yang lebih dari ratusan juta itu, betapa besarnya potensi mereka.Tapi sayang,peningkatan potensi konsumsi yang mencapai $30 trilliun menurut McKinsey itu, belum berdampak pada penjualan Apple. Apple Inc, Vendor smart phone global mencatatkan penurunan penjualan sebesar 22% pada kwartal II tahun 2012. Paradox, penjualan Apple di Asia justru meturun ditengah meningkatknya expektasi konsumsi penduduk di negara berkembang.
  2. Gelembung Internet dan Saham Facebook. Bubble atau gelembung mungkin akan terjadi lagi seperti gelembung dotcom yang meledak pada tahun 2000an. Menurut saya, saham yang berbasis sektor teknologi atau media sosial tidak mempunyai basic yang kuat. Lain halnya dengan saham yang basicnya adalah indsutri manufaktur atau consumer goods. Perusahaan teknologi dan dunia maya akan rentan dengan perubahan. Friendster adalah contoh nyata. Jejaring sosial itu seperti hampir menghilang saat ini. Tanda lain adalah saham facebook. saat Initial Public Offering (IPO) saham facebook dijual seharga US$ 38 per lembar. Harga sahamnya sempat naik menjadi US$ 42 per lembar dan hari ini harga saham Facebook hanya US$ 21 per lembar atau turun 45 persen sejak pertama IPO. Dan menurut saya, saham internet, saham facebook dan saham Apple mempunyai karakter yang sama.
  3. Seusatu yang tidak wajar itu akan dikoreksi. Menurut saya harga saham Apple sudah tidak wajar, terlalu tinggi (over value) dan ini hanya menunggu waktu untuk meledak dan kembali ke harga normal.Kali ini saya ingin melihat dari sudut pandang pergerakan mata uang yaitu Rupiah dan Dolar Amerika. Coba kita lihat perbandingan mata uang Rupiah dan Dollar Amerika pada waktu sebelum dan sesudah krisis tahun 1998. Tahun 1998 $1 = Rp.2.500,- dan sekarang $1 = 9.500,-. $1 menguat 3,8 kali (9.500/2.500) dibandingkan rupiah sebelum krisis tahun 1998. Jika dolar hanya menguat 3,8 kali dibandingkan dengan rupiah. Bagaimana perbandingan harga saham apple dan saham termahal di Indonesia yaitu Multi BintangIndonesia (MLBI)? Saham MLBI pada penutupan 1 November 2012 lalu Rp.702.000 per lembar dan saham Apple pernah menyentuh angka $ 700 atau Rp.6,7 juta per lembar. Jika kita bandingkan kedua saham tersebut maka perbandingannya adalah Rp.6,7 juta / Rp.702.000 = 9,5. Itu artinya harga saham Apple 9,5 kali lebih mahal dibandingkan harga saham termahal di Indonesia. Jika kita ingin menghitung harga wajar saham Apple dengan mengacu pada perbandingan dolar dan rupiah, maka harga wajar saham Apple itu harus 3,8 kali lebih mahal dari harga saham termahal di Indonesia yaitu Rp.702.000 x 3,8 = Rp.2,6 juta atau $ 281 per lembar (USD 9.500).

It’s just crazy analysis with limited information and knowledgeJ

Muara Bungo, November 5, 2012.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun