Mohon tunggu...
Budi Ediya
Budi Ediya Mohon Tunggu... Guru - Guru Ekonomi dan PKWU, Ketua Ikatan Guru Indonesia PD Kota Sukabumi, Ketua MGMP PKWU Kota Sukabumi, Konten Kreator - Power Point

SHARING and GROWING TOGETHER

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Belajar dari Ki Hajar Dewantara, Sejarah dan Konsep Pendidikan

22 Mei 2023   11:18 Diperbarui: 22 Mei 2023   11:34 435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap tanggal 2 Mei, Bangsa Indonesia merayakan Hari Pendidikan Nasional, yaitu perayaan untuk mengingatkan bangsa ini bahwa bidang pendidikan merupakan suatu bidang yang sangat penting bagi kelanjutan, kejayaan, dan keagungan Bangsa Indonesia. Pemilihan tanggal ini sebagai penghargaan yang tinggi diberikan oleh Bangsa Indonesia kepada salah satu tokoh pendidikan yang telah mengabdikan dirinya pada kemerdekaan pendidikan Bangsa Indonesia, yakni Ki Hadjar Dewantara.

Lahir pada tanggal 2 Mei 1889 di Jogyakarta dengan nama RM Soewardi Soerjaningrat, lahir sebagai keluarga Bangsawan Jawa dan cucu dari Paku Alam III, yang juga merupakan keturunan dari Sunan Kalijogo.

Pada awalnya pergerakannya beliau adalah seorang jurnalis juga dikenal sebagai tokoh politik yang berjuang bersama Dr. Tjipto Mangoenkoesoemo dan Ernest François Eugène Douwes Dekker. Mereka bertiga merupakan tiga serangkai dan sering menulis di surat kabar untuk menyuarakan kritikan kepada pemerintah kolonial Belanda dan dalam perjalanannya pergerakannya mendirikan Indische Partij, yang menjadi salah satu partai politik pertama pada masa kolonial.

Mereka bertiga berikrar untuk menanamkan rasa kebangsaan untuk menjadi bangsa yang bebas merdeka. Penanaman jiwa nasionalisme inilah yang selalu ditanamkan oleh ketiganya terhadap para anggotanya. Rawe-rawe rantas malang-malang putung merupakan semboyan yang tetap dipegang teguh terutama oleh ketiga pendiri partai ini.

Puncaknya, Ketika pemerintah kolonial akan merayakan peringatan 100 tahun hari pembebasan negeri belanda dari Napoléon Bonaparte, Prancis. Dimana acara tersebut akan dirayakan secara besar – besaran termasuk di daerah jajahannya tak terkecuali di Hindia Belanda. Yang menjadi kritikan tajam oleh Soewardi Soerjaningrat adalah Ketika pemerintah kolonial mewajibkan sumbangan secara paksa kepada warga pribumi yang menjadi jajahannya, dimana hal ini menurut pandangan Soewardi Soerjaningrat merupakan suatu penghinaan terhadap bangsa Indonesia yang masih dalam ’jajahan’ pemerintah kolonial Belanda.   

Kritikan terhadap pemerintah kolonial oleh Soewardi Soerjaningrat ini dengan menulis sebuah artikel diberi tajuk, Als ik eens Nederlander was atau “Seandainya aku seorang Belanda”. Tulisan ini ternyata menjadi “Viral” yang membuat pemerintah kolonial belanda emosional dengan melakukan penyitaan terhadap terhadap semua media cetak yang memuat tulisan Soewardi Soerjaningrat bahkan menangkap beliau bersama Tjipto Mangoenkoesoemo dan Douwes Dekker dengan tuduhan mengganggu dan membahayakan ketertiban umum.

Sehingga ketiga sekawan ini dihukum dengan pengasingan, yang pada awalnya masing-masing akan di asingkan ke Banda, Ambon, Pulau Bangka dan Kupang. Namun mereka bertiga mengajukan banding dan meminta untuk di asingkan ke ngeri Belanda.   

Di pengasingannya di Belanda pada tahun 1913, Soewardi Soerjaningrat semakin banyak belajar dan terus menjalankan profesinya sebagai jurnalis dengan menulis tentang kondisi Bangsa Indonesia. Dalam masa hukuman pengasingan di Belanda ini, Beliau mulai mempelajari konsep – konsep Pendidikan seperti Montessori dari Italia, dan tokoh pendidikan India Rabindranath Tagore.

Banyak buku pendidikan yang telah dibacanya, termasuk sistem pendidikan yang digagas oleh tokoh Montessori, seorang pendidik dari Italia, yang mengarahkan anak-anak didik pada kecerdasan budi. Ia juga membaca buku tentang Rabindranath Tagore, tokoh pendidikan dari India yang menekankan pentingnya pendidikan keagamaan yang baik sebagai alat untuk memperkokoh kehidupan manusia. Beberapa prinsip dasar pendidikan nasional sudah dipikirkannya, antara lain dengan menggunakan bahasa ibu, dan bukan bahasa kolonial.

Diilhami oleh pekerjaan isterinya, di samping kesibukannya bekerja mengurus masalah pers, Soewardi Soerjaningrat menyempatkan diri untuk mengikuti kuliah singkat di Lager Onderwijs (Sekolah Guru), yang diselenggarakan oleh Kementerian Dalam Negeri Belanda di Den Haag. Pada 12 Juni 1915, ia memperoleh ijazah Akte van bekwaam als Onderwijzer (Ijazah Kepandaian Mengajar).

Mulai dari sinilah Soewardi Soerjaningrat, sependapat dengan isterinya bahwa perjuangan dapat dilakukan tidak hanya dengan berperang, atau tindakan kekerasan lainnya. Perjuangan dapat dilakukan dengan mempersiapkan bangsanya untuk merdeka melalui pendidikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun