BELIAU YANG AKU KAGUMI
Terus terang hati kecilku menjerit, waktu melihat hasil hitung cepat menempatkan partai pilihanku berada di posisi kedua terakhir. Partaiku secara otomatis tersingkir karena tidak mencapai PT (parliamentary threshold).
Sebenarnya aku tidak begitu mengenal dengan partai yang sekarang aku pilih. Terus terang aku pilih ‘dia’ (anggap saja partaiku ini adalah seseorang) karena ada sosok yang begitu ku kagumi. Kekagumanku pada sosok ini juga belum begitu lama. Hanya sebuah kebetulan. Ya, benar, hanya sebuah kebetulan.
Kala itu aku sedang googling. Iseng-iseng aku buka youtube. Aku tertarik dengan sebuah perdebatan tentangkemungkinan penerapan syariat Islam di NKRI. Yang berdebat itu adalah sosok yang kukagumi dengan salah seorang politikusyang berpaham pluralisme. Biasanya aku tak pernah selesai melihat video-video yang begituan. Tapi entah mengapa kali ini aku ingin terus menyaksikan acara debat tersebut sampai selesai. Mata, telinga dan hatiku seolah terbius oleh penjelasan yang sistematis, oleh gesturnya yang tidak arogan tapi meyakinkan, oleh gaya bicaranya yang tidak meledak-ledak tapi tajam, oleh ulasannya yang jelas tapi tidakmenyakiti lawan debatnya. Suer aku sampai terbelalak dan tanpa kusadari tiba-tiba muncul rasa kagum dalam hatiku pada sosok ini.
Hatiku menerawang jauh. Seandainya sosok yang kukagumi itu memimpin negeri ini, wuihhhh…mantap, bro…! Menurutku (sekali lagi menurutku) sosok itu adalah seorang negarawan sejati. Aku pernah dengar dari para pakar yang ada di negeri ini. Bahwa, negeri ini selayaknya dipimpin oleh seseorang yang telah benar-benar menjadi seorang negarawan. Insya Allah kalau dipimpin oleh seorang negarawan sejati , negeri ini bakal benar-benar maju. Bakal benar-benar makmur. Bakal benar-benar adil. Menurut para pakar juga, definisi negarawan adalah seseorang yang sudah tidak memikirkan lagi masalah perut dalam menjalani kehidupannya. Artinya dia sudah mapan segala-galanya. Dan itu menurut aku ada pada sosok yang aku kagumi itu. Buktinya, walaupun banyak tokoh yang ingin menggaet dirinya agar masuk memperkuat partainya, beliau tidak mau. Beliau dengan segala idealismenya, dengan segala daya upaya (tentunya upaya yang dibenarkan oleh hukum) bersama-sama dengan orang yang sepaham dengannya terus berjuang menghidupkan partai sekarang tersingkir karena tidak mencapai PT.
Kalau saja beliau mau dan memanfaatkan aji mungpung. Mungkin sekarang beliau sudah berada di jajaran elit partai-partai yang sekarang memenangkan pemilu. Untuk beliau aku stading applause…! Aku bangga menjadi rakyat Indonesia, salah satunya karena ternyata negeri ini masih mempunyai orang-orang yang berjiwa seperti beliau.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H