Mohon tunggu...
budi cartak
budi cartak Mohon Tunggu... -

Orang Kuningan yang ingin berbagi dengan semuanya

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Saya Kecewa! Yang Satu Gelagapan, yang Satu Lagi Serba Menggampangkan!

10 Juni 2014   17:17 Diperbarui: 20 Juni 2015   04:25 1257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Melihatacara debat capres-cawapres yang disiarkan televisi tadi malam (9/6/2014) sungguh saya sangat kecewa sekali.Sekali lagi, ini menurut pendapat saya. Belum tentu dengan pendapat orang lain. Terkesan sekalibahwa kedua pasangan capres dan cawapres tidak siap dalam debat tersebut. Jalannya debat sungguh sangat garing, sehingga kehilangan geregetnya. Saya melihat acara debat tersebut sampai selesai bukan karena jalannya debat yang menarik. Bukan! Bukan demikian. Tetapi saya memilih untuk tetap bertahan menyaksikan acara tersebut sampai selesai adalah karena saya berharap bahwa ada sesuatu yang dapat mencerahkan pikiran saya, agar nanti dalam hari pencoblosan saya sudah mantap menentukan pilihan saya. Tetapi apa yang saya harapkan tidak terjadi.Dari 6 sesi yang ditampilkan tak satupun yang menarik!

Pak Prabowo yang pada waktu kemarin-kemarin tampil sangat elegan dan menarik, entah mengapa pada debat tadi malam terkesan gelagapan. Jelas sekali kelihatan bahwa beliau tidak siap berdebat. Pemaparan beliau tentang visi-misi yang diusungnya hanya sekedar menyampaikannya saja tanpa ada penjabarannya. Langkah-langkah apa yang akan ditempuh dalam mewujudkan visi-misinya tidak jelas dan ngambang. Saya tak tahu apakah tim suksesnya tidak mempersiapkan beliau secara matang dalam menghadapi debat capres-cawapres ini atau memang beliaunya yang tidak menguasai materi? Sungguh sangat disayangkan. Dalam moment yang sangat penting ini beliau tampil sangat buruk.Apalagi ketika ditanya tentang masalah HAM, beliau sangat-sangat emosional. Sehingga tidak bisa mencapai subtansi dari pertanyaan Bapak JK. Bahwa betul beliau menjawab dengan pendidikan. Tapi apakah cukup dengan pendidikan saja untuk menuntaskan berbagai masalah HAM yang terjadi di Indonesia?

Mungkin benar untuk mencegah pelanggaran-pelanggaran HAM yang mungkin bisa meletus di kemudian hari, kita semua harus memperbaiki masalah pendidikan. Kita bisa merubah mental penerus-penerus bangsa dengan meningkatkan mutu pendidikan. Tapi itu jelas jangka panjang. Lah jangka pendeknya bagaimana? Terus penanganan kasus-kasus HAM yang telah terjadi dan sampai sekarang masih menggantung bagaimana?Ini jelas tidak bisa diselesaikan dengan pendidikan. Tadinya saya berharap bahwa beliau akan memberikan solusinya. Apakah dengan saling memaafkan dan melupakan masa lalu yang kelam. Kemudian menata kembali langkah-langkah yang akan ditempuh, sehingga kejadian-kejadian pelanggaran HAM masa lampau tidak terulang lagi di masa yang akan datang. Atau dengan menuntaskan kasus-kasus HAMyang masih menggantung dengan caradibawa ke ranah hukum, sehingga dapat diputuskan siapa yang salah dan siapa yang benar. Sama sekali beliau tidak menyinggungnya.

Yang sedikit menghibur hati saya justru pernyataan-pernyataan Bapak Hatta Radjasa. Cara dia memaparkan pendapatnya sangat runut, sistematik dan terukur. Tapi tetap tidak bisa menjabarkan visi-misi yang diusungnya. Apakah karena waktunya yang singkat? Sehingga beliau tidak leluasa menjabarkannya? Barangkali hal ini menurut hemat saya, seharusnya mereka sudah tahu bahwa yang namanya debat pasti waktunya dibatasi sehingga beliau sudah dapat mengantisipasinya sejak dini.

Bagaimana dengan kubu Bapak Jokowi? Kalau Bapak Jokowi kebalikan dari Bapak Prabowo. Dalam debat tadi malam Bapak Jokowi kelihatan sudah tidak tegangdan kaku lagi. Beliau sudah PD. Tapi saking PD-nya jadi terkesan sombong dan serba menggampangkan.

Saya menangkap kesan bahwa Bapak Jokowi menganggap antara mengurus dan memimpin sebuah negara sama saja dengan mengurus dan memimpin sebuah daerah. Apakah segampang dan semudah itu? Saya pikir dan pasti sama dengan pendapat yang lainnya, bahwa mengurus dan memipin sebuah negara jauh lebih sulit daripada mengurus dan memimpin sebuah daerah. Apalagi yang namanya negara Indonesia. Negara Indonesia itu besar dan luas. Heterogen lagi. Sedangkan daerah misalnya kabupaten/kotamadya lingkupnya kecil. Dan yang jelas relative homogen. Sehingga permasalahan yang dihadapi oleh seorang pemimpin negara akan lebih banyak, lebih sulit dan lebih kompleks dibandingkan dengan seorang kepala daerah.

Ini terlihat jelas ketika dia memaparkan tentang kendala-kendalayang mungkin terjadi apabila beliau terpilih menjadi presiden. Untuk menyelaraskan program pusat dan daerah sehingga terjadi hubungan yang harmonis beliau menjawab cukup dengan politik anggaran. Intonasi jawaban yang beliau kemukakan sungguh sangat-sangat sombong dan menggampangkan. Apakah betul hanya cukup dengan memainkan anggaran? Kalau semudah dan segampang itu, Bapak SBY yang telah 10 tahun mengurus dan memimpin negara ini bodoh sekali. Kalah oleh seorang Jokowidodo yang telah menemukan resep jitu untuk problem masalah ini. Padahal kita tahu bahwa di belakang Bapak SBY berjejerpakar-pakar ekonomi kelas wahid di negeri ini. Hebat-hebat….!

Saya jadi teringat kembali ketika beliau berkampanye untuk pemilihan Gubernur DKI beberapa tahun yang lalu. Beliau dengan gaya yang meyakinkan bahwa bakal membereskan dengan relative singkat semua permasalahan yang membelit Kota Jakarta, terutama masalah banjir dan macet. Lalu apa yang terjadi? Sebagaimana telah kita ketahui bersama setelah hampir dua tahun beliau memimpin Kota Jakarta, masalah banjir dan kemacetan tetap tidak bisa ditanggulangi. Bahkan semakin parah dibandingkan dengan tahun-tahunsebelum dia memimpin Kota Jakarta. Dan apa jawaban beliau tentang hal ini? “Saya bukan Superman…!”

Saya berharap dan berpesan kepada dua kubu. Baik kubu Bapak Prabowo maupun kubu Bapak Jokowi, untuk mempersiapkan diri secara matang sehingga dalam debat-debat capres selanjutnya tidak memalukan! Ingat Pak! Pemilih Bapak nanti bukan hanya dari pro Prabowo dan pro Jokowi saja, tetapi juga masih banyak pemilih yang belum menentukan pilihannya. Bahkan saya yakin pemilih model saya lebih banyak jumlahnya dari pemilih yang sudah menentukan pilihannya.

Kepada Bapak Prabowo dan Bapak Jokowi selamat bekerja…!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun