MENTERI Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, Andrinof Chaniago mengatakan Palangka Raya tidak layak menjadi ibu kota negara. Ia menyebut Pangkalan Bun atau Sampit lebih layak. "Palangka Raya memang luas tapi lahan layak huni kecil. Di sini rawan banjir jika salah kelola," kata Andrinof kepada pers di Palangka Raya, Senin (30/3/2015).
Sebelumnya, Palangka Raya selalu disebut-sebut saat wacana pemindahan ibu kota mengemuka. Usulan Palangka Raya sebagai calon ibu kota negara sudah digaungkan oleh Presiden Soekarno.
Namun, Andrinof mengatakan pemerintah tak akan buru-buru dalam memindahkan ibu kota ini. "Sekarang kita lebih baik menyiapkan pembangunan kota-kota baru. Ketika ada kota baru, bisa jadi dapat diincar jadi ibu kota baru," kata mantan dosen Universitas Indonesia ini.
Penggagas Visi Indonesia 2033, sebuah konsep besar tentang rencana pemerataan pembangunan nasional ini, mengatakan ibu kota negara juga tidak mungkin dipindahkan ke kota di Pulau Jawa, yang sejauh ini masih menjadi produsen pertanian di Indonesia.
"Idealnya di Kalimantan. Letaknya harus dikaji lagi. Ini juga karena lebih dekat dari Jawa. Kalau terlalu jauh dari Jawa akan susah menjaga kesinambungan," kata dia.
Kota Merdeka
Berdasarkan penelusuran Borneonews, wacana pemindahan ibu kota tak selalu bersumber dari elit-elit Jakarta dan diramaikan oleh media ibu kota saja. Seorang warga bernama Ib Gamal Purnawilaga, pernah menulis dengan cukup serius tentang rencana rinci pemindahan ibu kota negara itu melalui blognya ibgamalpurnawilaga.blogspot.com (2/8/2010).
Di blog itu Gamal mengusulkan ibu kota baru terletak di Kalimantan Tengah, namun bukan di Palangka Raya. "Lebih mudah dan lebih murah membangun ibukota baru dari tanah kosong milik negara. Idealnya ibukota baru ini memakai lahan bekas HPH yang sudah gundul dan terletak di pinggir sungai. Jarak ke pantai sebaiknya tidak lebih dari 50 km sehingga bisa jadi pusat pelabuhan," tulisnya.
Ia menyebut ibu kota baru itu sebagai Kota Merdeka yang lokasinya sekitar 30 kilometer dari Pangkalan Bun
Selain itu, ia menyebut pemilihan Kalimantan Tengah tepat karena tak terlalu jauh dari Pulau Jawa, tak punya risiko bencana tektonik dan vulkanik dan jumlah penduduknya yang masih lebih kecil dibanding Sumatra atau Sulawesi serta dekat dengan laut yang gelombangnya tidak besar.
(Artikel ini merupakan laporan saya untuk Borneonews.co.id)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H