Mohon tunggu...
Budiarto Shambazy
Budiarto Shambazy Mohon Tunggu... -

Minat saya menulis beragam. Mulai dari menulis sepakbola, musik, serta politik. Saya menulis Politika, kolom tetap di Harian Kompas. Di Kompasiana saya ingin share ilmu politik melalui halaman "Politiking", yakni ajang bagi kita untuk membahas politik, bidang pengabdian masyarakat yang sesungguhnya bertujuan mulia. Ia ibarat sekolah menengah berstatus "filial petang" semata-mata sebagai pelengkap Politika yang terbit di harian Kompas tiap edisi Selasa dan Sabtu. Mari kita saling berpolitiking!

Selanjutnya

Tutup

Politik

Chicago, 4 November 2008

14 November 2008   14:19 Diperbarui: 22 Mei 2016   22:56 1453
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

SEBAGAI wartawan yang telah bekerja selama seperempat abad di harian Kompas, saya merasa beruntung meliput Election Night di Chicago hari Selasa 4 November 2008. Pesta meriah yang dihadiri seperempat juta orang dari berbagai pelosok Amerika Serikat (AS) dan juga dari manca negara itu berlangsung di Grant Park di tepi Danau Michigan. Pesta yang berlangsung sejak Selasa malam sampai Rabu dini hari itu disiapkan jauh-jauh hari untuk menyambut kemenangan capres Demokrat, Senator Barack Hussein Obama Junior yang berpasangan dengan Senator Joe Biden. Undangan resmi bagi mereka yang diizinkan masuk ke lapangan dicetak hanya 70.000 tiket, sisanya numplek di wilayah taman yang luasnya 319 hektar itu.

Saya tiba di Chicago Sabtu 1 November disambut terik matahari bersuhu rata-rata lebih dari 22 derajat Celcius, kondisi alam yang disebut dengan Indian Summer. Cuaca nan ramah menjelang musim dingin seperti ikut gembira menyambut kemenangan Obama karena Indian Summer berlangsung sampai 5 November di kota ketiga terbesar di AS yang berpenduduk 2,9 juta jiwa itu. Sejak Sabtu kota yang jadi tempat Obama memulai karier politik sejak usia awal 20 tahunan itu sudah dihirukpikukkan oleh persiapan menyambut Election Night. Orang-orang tak berhenti hilir dan mudik di wilayah sekitar Grant Park bagai pantai tak henti diterjang ombak raksasa.

Tak lama setelah mendarat di Bandara O'Hare, saya begegas ke Pusat Seni di dekat Grant Park, tempat paling strategis untuk mengetahui informasi mutakhir tentang Election Night. "Bagaimana perkiraan orang yang datang sejauh ini? Jumlah sejuta orang yang ikut Election Night bisa tercapai?" saya iseng bertanya kepada seorang petugas. "Kalau melihat minat sejauh ini, ya mungkin saja," jawab seorang petugas perempuan kulit hitam paruh baya tersenyum lebar.

Ya, senyum tak pernah hilang di Chicago sepanjang Indian Summer itu. Itu pertanda kuat Obama akan menang sesuai prakiraan jajak-jajak pendapat yang nyaris tak pernah keliru meramalkan hasil akhir pilpres sejak 1964. Senyum itu juga menjadi simbol harapan tiap warga Chicago yang bangga putra mereka akan kembali mendiami Gedung Putih setelah lama absen. Terakhir kali dua putra kota yang tenar ke seantero dunia berkat kiprah band Chicago (awalnya bernama CAT atau Chicago Transit Authority, perusahaan pengelola sistem transportasi perkotaan) itu yang menduduki jabatan paling bergengsi itu Abraham Lincoln (1861-1865) dan Ulysses Grant (1869-1877).

Esoknya hari Minggu bukan seperti akhir pekan seperti biasanya di kota-kota besar AS yang lengang, terutama di pusat kota, karena semua orang liburan. Inilah hari terpenting bagi aparat menyiapkan semua detail pengamanan. Tiap jalan raya disisir, gedung-gedung pencakar langit diperiksa, para pejalan kaki diamati, dan daerah perbelanjaan Magnificent Mile di North Michigan Avenue yang tak pernah tidur karena pusat aktivitas pariwisata itu diawasi ekstra ketat. Kapal-kapal patroli US Coast Guard tak hentinya mengitari Danau Michigan.

Aparat pemerintah kota membangun panggung utama yang besar, panjang, dan lebar yang lebih mirip dengan panggung konser Rolling Stones. Di bagian depan ditempatkan kaca-kaca anti-peluru setinggi lima meteran untuk mencegah kemungkinan terjadinya hal yang terburuk. Para pejabat kota menyarankan warga tak memaksa masuk ke Grant Park karena terbatasnya kapasitas. "Tak mungkin saya mencegah warga jangan datang ikut pesta," kata Wali Kota Chicago Richard Daley. Ia mengharapkan berpencar ke tempat-tempat sekitar arena pesta yang dipagari dan dijaga ketat aparat keamanan.

Reli Election Night secara resmi dimulai pukul 20.30 waktu setempat, tetapi warga sudah mulai membeludak setelah berakhirnya jam kerja petang hari. Nyaris seluruh jalan menuju pusat kota ditutup, kecuali subway yang khusus dioperasikan sampai pukul 01.00 Rabu 5 November. Aparat keamanan melarang penjualan alkohol di tempat reli dan sekitarnya, hanya mengizinkan sejumlah kios menjual hot dog, piza, dan minuman cokelat panas. Warga juga dilarang membawa senjata tajam, tas, dan kamera ke dalam tempat pesta. Kaki lima sepanjang Michigan Avenue dimacetkan oleh manusia.

Empat dari lima pengunjun pesta mengenakan kaus, topi, kemeja, jaket, atau pin bergambar Obama. Sebagian kerumunan sengaja menduduki kaki lima untuk berpidato, bersorak, bernyanyi, atau sekedar berbagi cerita tentang Obama. Tak sedikit menyetel keras-keras minicompo mereka dengan lagu-lagu tema kampanye Obama, terutama "Yes We Can"karya Will.I.Am. Uniknya, tak sedikit pula yang berpidato panjang lebar meniru gaya Obama. Tak ada seorangpun pendukung John McCain berani datang karena Chicago keburu dilanda Obama-mania yang seronok dan semarak.

Ada beberapa pedagang kaki lima yang nekat menjual merchandising Obama palsu, yang kualitasnya jauh di bawah versi asli. Kaus, pin, topi, gantungan kunci, sampai celana dalam berwajah Obama yang tampak murahan dijual dengan harga yang ketinggian. Tiap sebentar mereka menoleh ke kiri dan kanan, takut digerebek aparat keamanan yang sesekali melancarkan razia. Mungkin nilai penjualan mereka tak banyak, namun ada saja pembeli yang terlanjur putus harapan karena mustahil membeli cendera mata Obama di hari yang amat bersejarah itu.

Merchandising resmi di toko-toko suvenir sudah terjual habis hanya dalam hitungan menit. Begitu stok baru datang, pembeli sudah menunggu meskipun harus antre selama berjam-jam. Jangan takut, harga tak bakal dicatut karena itu tindak pidana yang diancam hukuman berat. Tidak sedikit pembeli berubah fungsi jadi spekulan memborong kaus atau topi, lalu menjualnya lagi di kaki lima dengan harga yang berlipat ganda kepada siapa saja yang mau merogoh koceknya tanpa perlu ikut antrean panjang.

Dan tak satupun toko yang berani menjual alkohol sehingga tak ada rasa takut pesta berubah jadi kerusuhan yang menimbulkan kejahatan atau kekerasan karena ulah para pemabuk. Tenang menyaksikan kehadiran polisi yang dengan bertugas secara profesional, ketat, dan rapi. Mereka menggeladahi siapa saja yang mencoba-coba menyelundupkan alkohol. Ada saja yang nekat mau mengelabui polisi, tetapi umumnya tertangkap tangan dan barang haram bawaan mereka langsung disita. Saat memasuki Grant Park, polisi bahkan menyita puluhan tas, kamera, dan benda-benda tajam yang bisa dijadikan sebagai senjata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun