Terletak di jalan Teuku Umar Menteng anda akan menemukan bangunan Klasik bertuliskan Galeri Seni Kunstkring.  Tempat ini bukan hanya gallery seni tetapi juga restoran yang bertemakan antik gallery. Berdasarkan bahasanya Kunstkring memiliki arti lingkar seni. Pada tahun 1914 bangunan dijadikan Organisasi Seni Hindia Belanda atau disebut dengan Nederlandsch Indische Kunstkring oleh Gubernur Hindia Belanda Alexander Willem Frederik Indenburg.Â
Bahkan karya Pablo Picasso pernah dipamerkan disini pada waktu itu. Kemudian pada tahun 1950 sampai dengan 1993 bangunan ini menjadi kantor Imigrasi Jakarta Pusat. Pada tahun 2008 menjadi BUdha Bar yang sangat kontroversi sehingga hanya bertahan setahun. Setelah itu Pemerintah DKI Jakarta dihimbau untuk mengembalikan fungsinya kembali menjadi Gallery Seni. Karena itu pengelolaan diserahkan kepada Group Hotel Tugu dan Restoran, pendirinya bernama Anhar Setjadibrata. Dengan persyaratan tidak boleh dirubah bentuk bangunannya dan dijaga keasrian serta keaslian bangunannya.
Lobi ini sangat homy dan nyaman di dominasi warna gold dan coklat. Setelah lobi utama ini akan menuju ruang pertama yaitu ruangan Diponegoro. Ruangan Diponegoro ini memiliki lukisan The Fall Of Java, yang bercerita saat ditangkapnya pangeran Diponegoro pada tahun 1930 di Magelang. Ruangan ini berkonsep dining hall yang mewah dan megah, anda akan merasa berada dalam jamuan makan di hall kerajaan.
Ruangan ini dipenuhi dengan memorabilia Presiden Soekarno, berbagai sejarah tentang Presiden pertama Indonesia ada disini. Terdapat lukisan besar Presiden Soekarno dengan dua penari bali yang menggambarkan kecintaan Presiden Soekarno dengan Bali. Bali merupakan tempat kelahiran ibunda Presiden Soekarno, dan Istana Tapak Siring merupakan buatan Presiden Soekarno. Ruangan ini menggambarkan bahwa Presiden Soekarno adalah seorang penikmat seni.
Napoleon Bonaparte berpendapat bahwa seseorang bisa dinilai dari cara makan dan hidangan yang dimakannya, sehingga makanan bukan hanya pengisi perut tetapi juga sebagai menikmati kelezatan, keindahan dan kebahagiaan pada saat jamuan makan tersebut. Indonesia yang pada saat itu dijajah oleh Willem Daendels yang saat itu Belanda sedang dibawah kekuasaan Perancis, maka otomatis seluruh daerah jajahannya pun tunduk pada kekuasaan Perancis. Karena itulah Budaya Belanda dan Perancis banyak masuk ke Indonesia. Sehingga sampai saat ini banyak terdapat budaya jamuan makan terutama untuk kaum kelas atas.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H