Pengantin Baru Merantau ke Bandung
Tak sulit dan butuh lama berpikir. Barang kali langkah-langkah yang akan dilakukan sudah aku persiapkan dengan matang. Setelah menikah dua minggu, tinggal dirumah mertua. Dengan bekal seadanya aku dan istri harus visiting Bandung. Demi misi masa depan. Awesome!
Sebelum pergi meninggalkan kampung halaman. Ada tradisi “pamitan”, berkunjung ke rumah nenek dan saudara-saudara dari Ayah dan Ibu mertua. Memohon doa restu agar selama perjalanan di lancerkan oleh Allah. Setelah itu, dapat angpao. Lumayan. Hehe titipan
Sebelum pergi ke Bandara, aku sudah terlebih dahulu membeli tiket pesawat melalui Traveloka. Maklum harga akhir tahun, perjalanan dari Padang – Jakarta adalah Rp. 600.000,-, untuk satu orang. Well, total pengeluaran 1.2 untuk pesawat ekonomi LIYON AER. Pesawat yang logo dan hurufnya warna merah. Halah gak penting.
Pertimbangan jarak rumahku ke kota Padang itu sekitar 6 jam. Travel biasanya berangkat jam 8 malam. Serunya dapat rezeki jadi “pengantin baru”, mobil yang kami tumpangin hanya berisikan aku dan istri. Berasa jadi “majikan” yang dianterin supir. Mobil berasa lapang banget, bisa tiduran sesuka hati. Sekali lagi, ini rezeki pengantin baru. :V honey moon on the road program, yeah!
JANGAN DATANG KE BANDAR UDARA INTERNATIONAL MINANGKABAU TERLALU PAGI
Kenapa? Iya jangan datang ke Bandara sebelum jam 4 pagi. CLOSED! Pintu masuk bandara dijaga ketat oleh bapak satpam berbadan gendut. Perjalananku karena hanya berdua didalam mobil travel, ternyata ada tidak enaknya. Kami sampai sekitar pukul dua pagi. Saking sepinya tuh mobil, ternyata ada juga dampak negatifnya. Terpaksa dengan hati lapang dada menunggu.
Cuaca pagi itu dingin banget. Lagi hujan gerimis, nah anehnya satpam itu gak nawarin atau basa-basi “sini dek di pos satpam saja berteduh”, gak sama sekali. Dalam hatiku “ini satpam bener-bener gak punya pri-humanitarian. Kalau ingat bagian ini, rasanya pengen bawa payung sendiri malam itu. 20 menit kemudian… datang pak satpam yang lebih tua. Yang sebelumnya saya dianggurin, dia memanggil saya untuk berteduh di pos satpam, itupun masih dipasangn obat nyamuk bakar. Kelihatan kalau satpam ini lebih senior. Bahkan nawarin kami makan, beugggghh perhatian.
Kesimpulan, jangan sampai pokoknya datang ke Bandara terlalu pagi. Gak enak sama sekali. Saya jadi ingat waktu menunggu itu perasaan kebelet pipis saja harus ditahan. Pos satpamnya (belum) dilengkapi toilet. Gak mungkin juga pipis disemak-semak, kalau digigit ular. Bisa habis tanpa sisa. Bayangkan harus nahan peepis lebih dari dua jam. Hihihi
Traveling ke Bandung harapannya kami bisa belajar untuk lebih mandiri. Karena sebenarnya sudah tau bahkan ada proses panjang yang menguras emosi, tenaga dan waktu. Sebelum pergi, mertuaku yang baik hati berpesan “jangan tinggalkan shalat, insya allah rezeki dan perjalanan akan lancar”. Perjalanan yang penuh dengan beban berasa menjadi ringan, gak bisa dideskripsikan dengan kata-kata.