Pasar Tanah Abang merupakan salah satu pusat belanja dan grosir textil terbesar se-Indonesia dan bahkan Asia Tenggara. Pasar ini terdiri dari banyak kolektif pedagang daerah, luar daerah bahkan sampai mancanegara. Sektor ekonomi dari segala sisi yang berada di sekitar Pasar Tanah Abang, Kian tumbuh seiring berjalannya waktu dan zaman.Â
Akses moda transportasi yang beragam dan sudah terintegrasi dengan fasilitas jalur umum kendaraan publik. Memudahkan masyarakat berkunjung ke salah satu pasar terbesar di pusat Jakarta. Sektor perekonomian Pasar  Tanah Abang selalu ramai pembeli pada setiap harinya, dan selalu memuncak ketika mendekati hari-hari raya besar.Â
Namun belakangan ini kita sering melihat berita di televisi, Pasar Tanah Abang mengalami penurunan daya beli masyarakat langsung pasca pandemi 2019.Â
Hal ini mengakibatkan Pasar Tanah Abang sepi pengunjung dan perputaran uang di Pasar Tanah Abang menurun pesat. Bagi para pedagang daya beli masyarakat adalah salah satu faktor utama yang memengaruhi penentuan target penjualan mereka, baik pedagang menengah ataupun besar.
Menurut salah satu pedagang Pasar Tanah Abang memalui akun media sosial TikTok nya @adli.hibatul ia menanggapi terkait hal ini.
"Seandainya TikTok ditutup pun nggak akan ngerubah pedagang offline jadi meningkat , karena behavior masyarakat indonesia sudah berubah pasca Covid-19. Dimana saat pandemi semua orang di rumahkan. Semenjak saat itu orang yang nggak kenal online, dipaksa melek terhadap online baik pembeli maupun penjual. Jadi TikTok ditutup pun hanya akan ngebuat traffic-nya pindah ke marketplace lain. Sedangkan behavior masyarakat nggak akan berubah untuk belanja online". Kata Adhi Hibatul dalam video TikTok nya.
Para pedagang lainnya pun tidak bisa banyak berharap lebih Pasar Tanah Abang bisa kembali ramai pengunjung seperti dulu, karena tingkah laku masyarakat terhadap jual beli kini merangkak melalui mobile atau online.
Langkah ini diambil cepat oleh pemerintah. Menteri perdagangan Zulkifli Hasan mengatakan media sosial hanya boleh mempromosikan produk nya saja tanpa harus ada transaksi jual beli di satu platform yang sama. Hal ini setidaknya bisa menyaring persaingan pedagang satu sama lain dalam menetapkan harga daya jual beli dan demand masyarakat yang sesuai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H