Mohon tunggu...
BUDIAMIN
BUDIAMIN Mohon Tunggu... Seniman - K5 ArtProject

Hanya debu yang diterbangkan angin

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kopi Pahit

28 Desember 2024   08:57 Diperbarui: 28 Desember 2024   07:57 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa kau tahu, hidup ini seperti kopi pahit.
Pertama kali mencicipinya, lidah kita mungkin memberontak.
"Ini tidak enak," bisik nurani, mencoba menolak pahit yang menusuk.
Tapi... bukankah pahit itu jujur?
Ia tak berpura-pura menjadi manis, tak menyamarkan hakikat dirinya.

Ada yang bilang, pahit itu untuk yang kuat.
Tapi aku berpikir sebaliknya.
Pahit itu untuk yang berani,
Berani menghadapi realita tanpa tabir gula-gula harapan palsu.

Kopi pahit mengajariku, bahwa tidak semua luka butuh obat.
Ada yang cukup diterima.
Rasa pahit ini, seperti hidup yang kadang tak adil,
Namun di dalam kejujurannya, ada kekuatan.

Kopi pahit juga mengajarkanku tentang waktu.
Pahit di lidah, awalnya menyakitkan,
Namun perlahan, menjadi sesuatu yang dicari.
Mungkin hidup pun begitu.
Rasa pahit ini, kelak, menjadi bagian dari cerita yang kita syukuri.

Jadi, jika kau sedang mencicipi pahitnya hidup,
Nikmati saja.
Sebab, kopi yang terlalu manis
Hanya akan membuatmu lupa pada esensi.
Dan esensi hidup, ada di dalam keberanian kita
Menerima apa adanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun