Mohon tunggu...
BUDIAMIN
BUDIAMIN Mohon Tunggu... Seniman - K5 ArtProject

Hanya debu yang diterbangkan angin

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Obrolan di Warkop Kopi Gembira

27 Oktober 2024   00:43 Diperbarui: 27 Oktober 2024   01:35 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di sebuah warung kopi yang dikenal sebagai "Kopi Gembira," Kobar, Kahar, Badu, dan Rijal berkumpul setelah seharian beraktivitas. Mereka memesan kopi hangat sambil mengobrol tentang berbagai hal. Hari itu, topik yang mereka bahas adalah tentang bagaimana menjadi kuat menghadapi problematika kehidupan.

Kobar, yang dikenal sebagai pemikir dalam kelompok itu, memulai pembicaraan. "Teman-teman, hidup kita ini penuh dengan masalah. Kadang-kadang aku merasa, apakah kita benar-benar bisa menjadi kuat menghadapi semua ini?"

Kahar, yang selalu optimis, langsung menjawab. "Oh, Kobar! Hidup itu seperti permainan video. Kita harus melalui berbagai level untuk bisa menjadi pemain yang handal. Setiap masalah adalah level yang harus kita taklukkan."

Badu, si realistis, menanggapi. "Tapi Kahar, tidak semua orang bisa melihat masalah sebagai level. Banyak orang merasa tertekan dan malah mundur. Kekuatan bukan hanya soal bertahan, tetapi juga tentang bagaimana kita bangkit setelah jatuh."

Rijal, yang suka memberi motivasi, menambahkan, "Kita bisa belajar dari olahraga. Setiap atlet harus berlatih keras dan menghadapi kegagalan sebelum mencapai sukses. Begitu juga dengan hidup kita. Kita harus siap berlatih dan jatuh bangun."

Kobar mengangguk. "Jadi, kita sepakat bahwa masalah adalah bagian dari proses belajar. Kita harus bisa melihatnya sebagai kesempatan untuk tumbuh dan menjadi lebih baik."

Kahar, bersemangat, berkata, "Dan kita tidak sendiri! Kita punya satu sama lain untuk saling mendukung. Ketika salah satu dari kita jatuh, yang lain bisa memberikan semangat. Seperti dalam tim olahraga!"

Badu menambahkan, "Tapi kita juga harus siap menghadapi kritik. Kadang, kritik itu bisa menyakitkan, tapi bisa juga jadi pelajaran berharga. Kita harus bisa memilah mana yang membangun dan mana yang menjatuhkan."

Rijal, dengan senyum optimis, berkata, "Nah, itu dia! Menjadi kuat bukan berarti kita tidak merasakan sakit. Kita bisa belajar untuk mengelola emosi kita dan tetap fokus pada tujuan."

Saat diskusi semakin seru, Pak Joko, pemilik warung, mendekat dengan sepiring gorengan. "Anak-anak, kehidupan itu seperti menggoreng tahu. Kadang kita harus memasak hingga matang, dan kadang kita harus mengangkatnya sebelum hangus. Menjadi kuat berarti tahu kapan harus bertahan dan kapan harus melepaskan."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun