Mohon tunggu...
BUDIAMIN
BUDIAMIN Mohon Tunggu... Seniman - K5 ArtProject

Hanya debu yang diterbangkan angin

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Budaya Gotong Royong yang Makin Hilang

26 Oktober 2024   19:38 Diperbarui: 26 Oktober 2024   20:26 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di tengah arus modernisasi yang kian deras, budaya gotong royong yang menjadi salah satu ciri khas masyarakat Indonesia perlahan-lahan mulai memudar. Dalam masyarakat yang dulunya dikenal karena kebersamaan dan kepedulian antarwarga ini, kini kita menyaksikan pergeseran nilai yang signifikan. Gotong royong, yang dulunya menjadi salah satu kekuatan sosial, kini terancam oleh individualisme yang semakin menguat. Pertanyaannya, seberapa jauh hilangnya budaya ini memengaruhi tatanan sosial kita, dan bagaimana kita bisa menggali kembali akar kebersamaan yang telah lama terabaikan?

Pergeseran Nilai dalam Masyarakat

Budaya gotong royong merupakan cerminan dari semangat kebersamaan dan saling membantu dalam menjalani kehidupan. Tradisi ini terlihat dalam berbagai bentuk, mulai dari membantu tetangga saat membangun rumah, bergotong royong dalam acara perayaan, hingga saling mendukung dalam kesulitan. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, terutama dengan penetrasi teknologi dan gaya hidup modern, nilai-nilai ini perlahan-lahan mulai tergerus.

Saat ini, banyak individu yang lebih memilih untuk fokus pada kepentingan pribadi dan kesibukan masing-masing. Media sosial, meskipun menawarkan platform untuk berinteraksi, sering kali malah memperburuk keadaan dengan menciptakan jarak emosional antarindividu. Komunikasi yang seharusnya berjalan dengan baik justru tereduksi menjadi komentar di dunia maya, sementara interaksi nyata di lingkungan sekitar semakin jarang. Kehilangan kebersamaan ini berimplikasi pada minimnya solidaritas dalam masyarakat.

Dampak Negatif Hilangnya Gotong Royong

Hilangnya budaya gotong royong bukan hanya masalah nilai, tetapi juga berpengaruh pada berbagai aspek kehidupan masyarakat. Salah satu dampak yang paling terlihat adalah peningkatan rasa keterasingan di antara warga. Ketika individu tidak lagi merasa terhubung dengan lingkungan sekitar, rasa empati terhadap sesama pun menurun. Kejadian-kejadian darurat, seperti bencana alam, semakin menunjukkan bagaimana masyarakat sering kali kurang sigap dalam memberikan bantuan satu sama lain. Tanpa semangat gotong royong, warga akan lebih cenderung untuk bersikap acuh dan mengandalkan bantuan dari pihak luar, alih-alih saling mendukung satu sama lain.

Selain itu, hilangnya budaya gotong royong juga berkontribusi terhadap masalah sosial yang lebih besar, seperti ketidakadilan dan ketimpangan. Dalam masyarakat yang saling peduli, kehadiran solidaritas sosial dapat membantu mengurangi jurang antara yang kaya dan yang miskin. Namun, ketika individu lebih mengedepankan kepentingan pribadi, solidaritas tersebut memudar, dan masalah-masalah sosial menjadi semakin sulit untuk diatasi.

Menggali Kembali Akar Kebersamaan

Lalu, bagaimana kita bisa menggali kembali akar kebersamaan yang telah lama terabaikan? Pertama-tama, pendidikan menjadi kunci penting dalam membangun kembali budaya gotong royong. Kurikulum pendidikan seharusnya tidak hanya fokus pada pencapaian akademis, tetapi juga mengajarkan nilai-nilai sosial dan pentingnya saling membantu. Kegiatan ekstrakurikuler yang melibatkan kerja sama tim dan pengabdian masyarakat dapat menjadi sarana yang efektif untuk menanamkan nilai gotong royong pada generasi muda.

Kedua, masyarakat perlu menciptakan ruang-ruang untuk berinteraksi secara langsung. Acara-acara komunitas, seperti pasar rakyat, festival budaya, atau kegiatan lingkungan, dapat menjadi sarana yang baik untuk membangun kembali rasa kebersamaan. Dalam momen-momen tersebut, individu dapat berkenalan, saling berbagi, dan berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. Pengalaman ini tidak hanya memperkuat ikatan sosial, tetapi juga memberikan kesempatan bagi warga untuk merasakan manfaat dari kebersamaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun