Kahar mengangguk. "Benar! Mungkin kejutan yang dimaksud adalah mengajak generasi muda untuk terlibat. Kita butuh ide-ide segar untuk masa depan."
Badu memandang Rijal. "Tapi jangan sampai kejutan itu malah jadi bencana, ya. Seperti yang kita lihat di berita, kadang 'kejutan' itu bisa jadi 'kebijakan mengejutkan' yang bikin semua orang geleng-geleng kepala."
Rijal menanggapi, "Nah, itu dia! Kita harus tetap waspada dan kritis. Jika memang ada kebijakan baru, kita harus bisa menganalisis dampaknya bagi rakyat. Jangan sampai kita hanya terbuai dengan kata 'kejutan'."
Kobar menambahkan, "Bener, Ji. Kita jangan sampai jadi penggemar yang buta. Kita harus tetap jadi rakyat yang cerdas. Siap untuk kritik dan saran!"
Sambil menyesap kopi mereka, keempat sahabat itu sepakat untuk memantau berita dan menunggu kejutan dari presiden baru dengan semangat kritis. Mereka bertekad untuk tetap berpartisipasi dalam proses demokrasi, siap untuk memberikan masukan, kritik, dan tentunya, sedikit humor.
Saat waktu berlalu, mereka tetap berkumpul di warung itu, berharap kejutan yang akan datang adalah sesuatu yang positif untuk negeri ini. Karena, di balik setiap kejutan, selalu ada harapan dan kesempatan untuk memperbaiki keadaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H