Badu menimpali, "Tapi ingat, jangan sampai makanan rohani jadi makanan sisa! Kita semua tahu betapa gampangnya melupakan tujuan saat perut kita sudah kenyang."
Rijal tertawa, "Kalau gitu, kita harus mengingatkan satu sama lain. Setiap kali kita merasa lapar, ingatlah untuk juga mengisi 'perut rohani' kita. Entah dengan baca buku, mendengarkan ceramah, atau berdiskusi!"
Malam itu, keempat sahabat tersebut tertawa dan merencanakan acara 'Malam Makanan Rohani'. Mereka bercanda tentang menu-menu aneh yang bisa mereka buat dan bagaimana cara menggabungkan makanan fisik dengan pengalaman spiritual.
Dengan segelas kopi di tangan, mereka merasakan betapa pentingnya keseimbangan antara makanan rohani dan fisik. Dalam tawa dan canda, mereka bertekad untuk menjaga agar tidak hanya tubuh mereka yang terisi, tetapi juga jiwa dan pikiran mereka.
Malam itu menjadi lebih berarti, bukan hanya karena makanan yang mereka rencanakan, tetapi juga karena persahabatan dan diskusi yang menghangatkan hati. Dengan penuh semangat, mereka pulang ke rumah, siap untuk menjalani kehidupan yang seimbang antara kenyang fisik dan kaya spiritual.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H