Kobar tertawa sambil menepuk pundak Rijal, "Hukum fisika nggak berlaku untuk emak-emak, Rijal. Mereka punya jurus pamungkas: tatapan maut! Sekali mereka lihat kita dengan mata melotot, kita langsung kalah. Habis sudah."
Kahar mencoba menahan tawa, "Mungkin kita harus kasih mereka lebih banyak ruang dan pemahaman. Jangan-jangan kita yang terlalu tegang menghadapi emak-emak."
Badu, sambil tertawa-tawa, berkata, "Atau mungkin kita harus belajar jurus baru: tatapan maut balasan! Biar seimbang!"
Malam itu diakhiri dengan tawa dan canda, meskipun di dalam hati, keempat sahabat itu tahu bahwa menghadapi emak-emak zaman now di jalanan dan di pasar memang butuh keberanian dan kesabaran ekstra. Sebab, tak peduli seberapa banyak teori tentang toleransi atau hukum jalan raya, ketika berhadapan dengan emak-emak yang membawa motor dengan arah sein yang tak menentu, satu hal yang pasti: yang benar atau salah, tetap kamu yang harus mengalah.
"Siapa yang berani melawan tatapan maut emak-emak?" gumam Kobar, sebelum mereka semua tertawa bersama lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H