Kobar memandang Rijal dengan bingung. "Hewan? Kamu pikir rusa atau burung akan memberi petunjuk?"
Tanpa mereka sadari, waktu terus berjalan, dan suasana hutan mulai gelap. Kahar mengusulkan, "Bagaimana kalau kita membuat api unggun? Setidaknya kita bisa menghangatkan badan sambil berpikir."
Mereka mulai mengumpulkan kayu kering dan membuat api unggun. Di tengah suasana hangat itu, Kobar berkata, "Ternyata, tersesat di jalan yang benar membuat kita lebih sadar akan diri kita sendiri."
"Bisa jadi," jawab Kahar. "Ketika kita mengikuti jalan yang dianggap benar, kita sering kali tidak menyadari tujuan sebenarnya."
Badu menambahkan, "Dan kadang kita perlu tersesat untuk menemukan makna yang lebih dalam dalam hidup."
Rijal yang penasaran bertanya, "Tapi, apa makna itu? Apakah kita harus terus berjalan meski tersesat?"
Kobar berpikir sejenak dan menjawab, "Mungkin hidup itu seperti perjalanan. Kadang kita perlu tersesat untuk menemukan arah yang sebenarnya. Tidak semua yang terlihat benar itu pasti benar."
Malam itu, saat mereka duduk di sekitar api unggun, Kahar merasakan kedamaian. "Mungkin kita tidak perlu terlalu memikirkan arah yang benar. Yang terpenting adalah kita menikmati perjalanan ini bersama."
Badu tersenyum. "Iya, kita bisa jadi tersesat, tapi setidaknya kita memiliki satu sama lain. Itu sudah cukup."
Rijal kemudian berdiri dan mengangkat tangannya, "Jadi, siap untuk kembali? Atau kita mau bermalam di sini dan membangun peradaban baru?"
Kobar menimpali, "Mungkin kita bisa membangun tenda dari ranting dan dedaunan! Siapa tahu, ini bisa jadi tempat peristirahatan bagi para petualang yang tersesat di jalan yang benar."