Kehidupan modern, dengan segala kemajuan teknologi, akses informasi yang cepat, dan gaya hidup yang dinamis, seharusnya membawa kita pada kenyamanan yang lebih besar. Namun, di balik semua itu, banyak dari kita justru merasa semakin resah. Entah karena tekanan pekerjaan, hubungan sosial yang kompleks, ekspektasi yang tak pernah habis, atau sekadar kebingungan akan makna hidup, perasaan resah sering kali menjadi teman yang tak diundang.
Tak dapat dipungkiri, perasaan resah merupakan bagian dari dinamika kehidupan. Namun, bagaimana jika kehidupan itu sendiri yang terus-menerus membuat kita gelisah? Saat kita merasa tenggelam dalam rutinitas yang menghimpit, saat kita terus mengejar sesuatu yang tidak pasti, dan saat kita merasa kehilangan arah, inilah saatnya kita merenungkan apa yang sebenarnya kita cari.
Kegelisahan dari Luar dan Dalam
Ada dua sumber kegelisahan yang sering kita hadapi: dari luar dan dari dalam. Kegelisahan dari luar biasanya datang dari tekanan eksternal---pekerjaan yang menumpuk, target yang tak kunjung tercapai, masalah keluarga, atau harapan sosial yang membebani. Dunia seakan terus-menerus meminta kita untuk bergerak lebih cepat, bekerja lebih keras, dan mencapai lebih banyak hal dalam waktu yang semakin singkat.
Sementara itu, kegelisahan dari dalam bersifat lebih personal. Ini adalah jenis kegelisahan yang timbul dari pertanyaan-pertanyaan eksistensial. Mengapa aku ada di sini? Apa tujuanku? Mengapa hidup ini terasa hampa meskipun secara materi aku berkecukupan? Pertanyaan-pertanyaan ini terkadang jauh lebih sulit dijawab karena jawabannya bukan sekadar tindakan fisik, tetapi perubahan cara berpikir dan merasakan.
Kombinasi dari kedua sumber kegelisahan ini membuat hidup terasa semakin menyesakkan. Ketika kita dikejar oleh tuntutan dari luar, sambil dihantui oleh kekosongan dari dalam, kehidupan bisa berubah menjadi beban yang terus-menerus kita pikul.
Mencari Solusi di Tempat yang Salah
Sering kali, dalam upaya mengatasi kegelisahan, kita mencari solusi di tempat yang salah. Kita berpikir bahwa dengan mencapai lebih banyak kesuksesan, mendapatkan lebih banyak uang, atau diakui oleh lebih banyak orang, kita bisa menemukan ketenangan. Namun, apa yang terjadi justru sebaliknya: semakin banyak yang kita kejar, semakin besar pula kegelisahan yang kita rasakan.
Ini bukan berarti bahwa pencapaian atau kesuksesan adalah sesuatu yang buruk. Namun, ketika kita menggantungkan kebahagiaan dan ketenangan pada hal-hal eksternal semata, kita kehilangan kendali atas diri kita sendiri. Hidup menjadi sebuah perlombaan yang tak berujung, di mana kita merasa tak pernah cukup, meskipun kita sudah berusaha sekeras mungkin.
Menghadapi Keresahan dengan Penerimaan