Mohon tunggu...
BUDIAMIN
BUDIAMIN Mohon Tunggu... Seniman - K5 ArtProject

Hanya debu yang diterbangkan angin

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Berdamai dengan Kenangan

15 Oktober 2024   17:40 Diperbarui: 15 Oktober 2024   18:05 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di sebuah desa yang tenang, Kobar, Kahar, Badu, dan Rijal adalah sahabat yang telah bersama sejak kecil. Meski mereka sering terlibat dalam petualangan konyol, ada satu hal yang selalu mengikat mereka: kenangan indah masa lalu. Namun, tidak semua kenangan itu manis; beberapa di antaranya adalah kenangan pahit yang sulit untuk dihadapi.

Suatu sore, saat mereka berkumpul di warung kopi milik Ibu Tini, Kobar mulai bercerita. "Ingat nggak waktu kita bersepeda ke bukit? Aku terjatuh dan semua orang tertawa?"

Kahar mengangguk, "Oh iya! Dan kamu berusaha berdiri sambil berteriak, 'Aku baik-baik saja!' padahal lututmu berdarah."

Badu, yang sedang makan keripik, menambahkan, "Aku masih ingat betapa lucunya wajahmu saat kamu mencoba bangkit! Seperti melihat badut jatuh!"

Rijal, yang lebih serius, berkata, "Tapi itu juga mengingatkan kita bahwa kadang kenangan bisa menyakitkan. Aku masih merasa bersalah karena tidak menolongmu saat itu."

Kobar tersenyum, "Tidak apa-apa, Rijal. Itu hanya kenangan. Kita harus belajar untuk berdamai dengan kenangan-kenangan itu."

Namun, seiring berjalannya waktu, mereka menyadari bahwa tidak semua kenangan bisa dianggap remeh. Beberapa kenangan pahit mengganggu pikiran mereka, terutama ketika Badu mengingat insiden saat dia kehilangan anjing kesayangannya, Ciko.

"Ciko adalah sahabat terbaikku! Setiap kali aku mengingatnya, aku merasa sedih," kata Badu dengan suara penuh penyesalan.

Kahar mencoba menghibur, "Badu, kenangan tentang Ciko tidak perlu membuatmu merasa bersalah. Kita bisa merayakan hidupnya!"

"Bagaimana kita bisa merayakan hidupnya?" tanya Badu, masih dengan raut wajah murung.

Rijal, yang selalu optimis, mencetuskan ide. "Bagaimana kalau kita mengadakan pesta kecil untuk mengenang Ciko? Kita bisa mengundang semua orang di desa!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun