Mohon tunggu...
BUDIAMIN
BUDIAMIN Mohon Tunggu... Seniman - K5 ArtProject

Hanya debu yang diterbangkan angin

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menganggap Remeh Orang Lain, Tindakan yang Merugikan Diri Sendiri

12 Oktober 2024   03:44 Diperbarui: 12 Oktober 2024   03:49 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada sebuah kecenderungan yang sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari: menganggap remeh orang lain. Baik dalam percakapan santai, media sosial, maupun dalam lingkungan pekerjaan, tak jarang kita menemukan orang yang dengan mudahnya menilai rendah kemampuan atau potensi orang lain. Seolah-olah penilaian tersebut sudah menjadi bagian dari interaksi sosial yang diterima begitu saja, tanpa pernah dipertanyakan lebih jauh. Namun, tindakan ini bukan hanya merugikan orang yang diremehkan, tetapi juga merugikan orang yang melakukannya.

Rasa Aman Palsu: Tanda Ketakutan Tersembunyi

Menganggap remeh orang lain seringkali menjadi tameng untuk menutupi rasa ketidaknyamanan atau ketidakpercayaan diri. Ketika seseorang merasa terancam oleh potensi atau pencapaian orang lain, tindakan yang paling mudah adalah meremehkannya. Ini memberikan rasa aman palsu---perasaan bahwa dengan menurunkan orang lain, kita otomatis berada di posisi yang lebih baik.

Namun, rasa aman ini hanyalah ilusi. Mengabaikan kemampuan orang lain tidak membuat kita menjadi lebih unggul. Justru sebaliknya, ini menunjukkan bahwa kita takut akan kompetisi dan terlalu bergantung pada validasi diri yang tidak sehat. Orang yang benar-benar percaya pada kemampuan dirinya tidak perlu meremehkan orang lain untuk merasa berharga.

Kehilangan Peluang untuk Belajar

Setiap orang memiliki sesuatu yang bisa diajarkan. Ketika kita menganggap remeh seseorang, kita menutup diri dari kemungkinan untuk belajar dari mereka. Padahal, setiap interaksi manusia adalah peluang untuk memperkaya perspektif dan wawasan. Orang yang tampak biasa saja atau bahkan terlihat kurang berpengalaman dalam satu bidang bisa saja memiliki sudut pandang atau pengalaman yang unik dalam aspek lain.

Mengabaikan hal ini berarti kita kehilangan peluang untuk belajar dan tumbuh. Sikap merendahkan orang lain menutup pintu terhadap pembelajaran yang bisa membantu kita menjadi individu yang lebih baik dan lebih bijaksana. Sebaliknya, kerendahan hati dalam mengakui bahwa kita selalu bisa belajar dari orang lain akan memperkaya kehidupan kita.

Merendahkan Orang Lain = Merendahkan Diri Sendiri

Menganggap remeh orang lain, secara tidak langsung, mencerminkan kualitas diri kita. Saat kita dengan mudahnya menghakimi orang lain tanpa mengetahui latar belakang, perjuangan, atau potensi mereka, kita sedang menunjukkan bahwa penilaian kita dangkal dan kurang berdasar. Orang yang benar-benar memiliki kepercayaan diri dan pemahaman mendalam tentang kehidupan akan lebih berhati-hati dalam memberikan penilaian kepada orang lain.

Lebih dari itu, tindakan meremehkan sering kali menunjukkan bahwa kita melihat dunia dari sudut pandang yang sempit. Kita tidak melihat keanekaragaman talenta, kemampuan, atau potensi yang dimiliki oleh orang lain. Ini menciptakan lingkaran setan di mana kita terus-menerus mengecilkan dunia kita sendiri, membuatnya terasa lebih kecil dan kurang berarti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun