Kritik Terhadap Perilaku Ini
Dalam masyarakat yang semakin individualistis dan kompetitif, kecenderungan untuk memanfaatkan pertemanan demi keuntungan pribadi semakin menguat. Namun, perlu dipertanyakan: apakah relasi semacam ini benar-benar membawa kebahagiaan dan kepuasan? Dalam jangka panjang, pertemanan yang hanya berlandaskan kepentingan cenderung rapuh. Mereka mungkin memberikan keuntungan material atau sosial sementara, tetapi mereka tidak menawarkan kenyamanan emosional atau dukungan moral yang bisa didapatkan dari persahabatan sejati.
Orang-orang yang terbiasa dengan pertemanan berbasis kepentingan juga berisiko kehilangan koneksi autentik dengan sesama manusia. Mereka mungkin memiliki banyak "teman" yang bersedia membantu saat kondisi menguntungkan, tetapi saat mereka menghadapi kesulitan atau krisis, pertemanan tersebut akan runtuh. Di sinilah letak masalahnya: pertemanan semacam ini menciptakan rasa kesepian yang lebih dalam, karena tidak ada dukungan nyata yang hadir ketika keadaan sulit.
Membangun Pertemanan Berdasarkan Nilai, Bukan Kepentingan
Kita perlu menegaskan kembali pentingnya membangun pertemanan yang berlandaskan pada nilai-nilai seperti kejujuran, empati, dan saling peduli. Pertemanan sejati adalah relasi yang berkembang melalui kepercayaan dan penghormatan timbal balik, di mana dua individu saling mendukung tanpa pamrih.
Pertemanan yang sejati menawarkan sesuatu yang jauh lebih bernilai daripada keuntungan material atau sosial. Mereka menawarkan rasa aman emosional, tempat di mana kita bisa menjadi diri sendiri tanpa takut dihakimi, serta tempat untuk berbagi kebahagiaan dan kesedihan tanpa perhitungan. Sebuah pertemanan yang tulus tidak hanya bertahan di saat keadaan baik, tetapi juga hadir saat masa sulit datang.
Jika kita terus mendorong budaya pertemanan yang berbasis pada kepentingan, maka kita akan kehilangan esensi dari apa yang membuat hubungan manusia begitu bermakna. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk merenungkan kembali bagaimana kita menjalin pertemanan, dan apa yang sebenarnya kita kejar dalam hubungan tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H