Mohon tunggu...
BUDIAMIN
BUDIAMIN Mohon Tunggu... Seniman - K5 ArtProject

Hanya debu yang diterbangkan angin

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menjadi Baik di Tengah Kondisi yang Memburuk

10 Oktober 2024   09:25 Diperbarui: 10 Oktober 2024   09:42 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meski begitu, menjadi baik di tengah kondisi yang memburuk bukan tanpa tantangan. Sering kali, orang baik dihadapkan pada situasi di mana kebaikan mereka disalahgunakan atau tidak dihargai. Orang yang tetap jujur bisa saja terjebak dalam kesulitan ekonomi, sementara mereka yang tidak jujur justru mendapatkan keuntungan. Orang yang tetap peduli pada orang lain mungkin menghadapi kelelahan mental karena selalu mengutamakan kepentingan orang lain daripada dirinya sendiri.

Tantangan lainnya adalah perasaan bahwa tindakan kebaikan tampak tidak berpengaruh dalam skala besar. Ketika krisis terus terjadi, banyak yang merasa kebaikan kecil yang mereka lakukan tidak akan mengubah apapun. Tetapi di sinilah letak kekuatan kebaikan yang sebenarnya: meski tampak kecil, kebaikan memiliki dampak kumulatif. Setiap tindakan baik, sekecil apapun, menciptakan gelombang positif di sekitar kita, dan seiring waktu, dapat memicu perubahan yang lebih besar.

Menjadi Baik Adalah Tindakan Keberanian

Memilih untuk tetap menjadi baik dalam kondisi yang memburuk bukan berarti menutup mata terhadap kenyataan atau hidup dalam ilusi. Menjadi baik bukanlah tindakan bodoh, tetapi justru tindakan keberanian karena menolak menyerah pada tekanan keadaan. Ketika kondisi memburuk, insting manusia untuk bertahan hidup mungkin mendorong mereka untuk bertindak egois atau pragmatis. Tetapi mereka yang mampu mempertahankan kebaikan di tengah situasi sulit adalah mereka yang memiliki kekuatan karakter yang sesungguhnya.

Kebaikan juga mengandung daya transformatif yang tidak dimiliki oleh tindakan egois. Dalam krisis, sering kali hanya dengan menunjukkan kebaikan kita dapat memperbaiki hubungan sosial yang rusak, menciptakan harapan di tengah keputusasaan, dan membangun kembali kepercayaan dalam komunitas. Kebaikan adalah benih dari solidaritas, dan solidaritas adalah kunci untuk keluar dari situasi krisis secara bersama-sama.

Kebaikan sebagai Pilar Ketahanan Sosial

Ketika kondisi memburuk, kebaikan sering kali dianggap tidak relevan atau bahkan lemah. Namun, kritik terhadap kebaikan dalam situasi krisis harus dipertimbangkan kembali. Justru dalam situasi sulit, kebaikan adalah pilar penting untuk menjaga ketahanan sosial dan moralitas manusia. Ia bukanlah kelemahan, melainkan bentuk perlawanan yang paling efektif terhadap keruntuhan nilai-nilai kemanusiaan. Menjadi baik dalam kondisi yang memburuk adalah tindakan berani, karena ia menolak tunduk pada keputusasaan dan egoisme, sambil tetap memperjuangkan keadilan, solidaritas, dan kemanusiaan.

Kita tidak boleh menganggap kebaikan sebagai sesuatu yang sekadar romantis atau idealis. Kebaikan adalah fondasi bagi masyarakat yang lebih baik, dan meskipun dunia terasa semakin keras, tetaplah menjadi baik adalah bentuk kekuatan yang tak ternilai harganya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun