Mohon tunggu...
BUDIAMIN
BUDIAMIN Mohon Tunggu... Seniman - K5 ArtProject

Hanya debu yang diterbangkan angin

Selanjutnya

Tutup

Seni

Seniman Daerah: Mati Segan Hidup Tak Mau

19 Agustus 2024   06:49 Diperbarui: 19 Agustus 2024   06:54 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menjadi seniman di daerah sering kali seperti hidup dalam dilema "mati segan, hidup tak mau." Di satu sisi, ada hasrat besar untuk terus berkarya, menghidupkan budaya lokal, dan memberi makna artistik pada realitas sehari-hari. Namun, di sisi lain, realitas ekonomi, politik, dan sosial yang kurang mendukung membuat jalan hidup seniman daerah terasa terjal dan penuh rintangan.

Kondisi ini mencakup berbagai aspek, mulai dari minimnya apresiasi, terbatasnya infrastruktur, hingga kurangnya dukungan pemerintah dan masyarakat. Seniman daerah sering terjebak dalam situasi yang tidak ideal, di mana semangat berkarya bertemu dengan keterbatasan yang menghalangi potensi mereka berkembang.

Minimnya Dukungan dan Infrastruktur Seni

Salah satu permasalahan utama seniman di daerah adalah kurangnya dukungan dan infrastruktur seni yang memadai. Banyak daerah tidak memiliki ruang-ruang pameran, galeri, teater, atau tempat pertunjukan yang cukup untuk menampung karya seni lokal. Tanpa fasilitas ini, seniman sulit untuk memamerkan karya mereka atau mengadakan pertunjukan yang dapat diakses publik.

Selain itu, infrastruktur pendukung seperti akses ke dana, pelatihan, dan jaringan profesional juga sangat terbatas. Banyak seniman berjuang sendiri tanpa dukungan dari lembaga seni yang kuat atau pemerintah setempat. Akibatnya, karya-karya mereka sering tidak mendapatkan apresiasi yang layak, baik secara finansial maupun kultural.

Apresiasi yang Rendah dari Masyarakat

Seniman daerah juga menghadapi tantangan rendahnya apresiasi masyarakat terhadap karya seni. Dalam masyarakat yang lebih fokus pada kebutuhan ekonomi dan praktis, seni sering kali dianggap tidak esensial. Akibatnya, karya seni daerah sering diabaikan atau dipandang sebelah mata, bahkan oleh komunitas lokal itu sendiri.

Kondisi ini diperparah oleh kurangnya edukasi dan sosialisasi tentang pentingnya seni dan budaya. Banyak masyarakat tidak memahami bahwa seni tidak hanya tentang estetika, tetapi juga tentang identitas, sejarah, dan nilai-nilai yang membentuk kebudayaan mereka. Rendahnya kesadaran akan nilai seni membuat banyak seniman merasa terisolasi dalam usaha mereka melestarikan dan mengembangkan budaya lokal.


Isu Ekonomi dan Kesejahteraan Seniman

Kondisi ekonomi yang sulit menjadi faktor utama yang membuat seniman daerah terjebak dalam keadaan "mati segan, hidup tak mau." Penghasilan dari pekerjaan seni jarang cukup untuk mencukupi kebutuhan hidup. Banyak seniman terpaksa menjalani pekerjaan sampingan yang mengorbankan waktu dan energi untuk berkarya.

Di daerah yang masih berjuang dengan masalah kemiskinan dan pembangunan ekonomi, seni sering kali tidak menjadi prioritas. Pemerintah lebih fokus pada pembangunan fisik dan ekonomi, sementara dukungan bagi kebudayaan dan kesenian sering terabaikan. Tanpa dukungan ekonomi yang memadai, seniman sulit berkarya secara berkesinambungan atau memajukan karier mereka.

Kurangnya Kebijakan yang Mendukung Kesenian

Kurangnya kebijakan yang mendukung seni dan kebudayaan menjadi akar masalah utama. Banyak pemerintah daerah tidak memiliki program yang jelas untuk mendukung seniman lokal atau mengembangkan sektor kreatif. Kebijakan yang ada sering kali terbatas pada acara seremonial atau festival tahunan yang tidak memberi dampak jangka panjang bagi seniman.

Birokrasi yang rumit dan minimnya akses ke dana hibah juga menjadi kendala. Seniman kesulitan mengakses bantuan pemerintah karena kurangnya transparansi dan informasi mengenai prosedur yang harus ditempuh. Akibatnya, seniman merasa terpinggirkan dalam proses pengambilan kebijakan.

Potensi yang Terabaikan

Padahal, di balik keterbatasan tersebut, seniman daerah memiliki potensi luar biasa. Banyak dari mereka menghasilkan karya orisinal yang mengangkat kekayaan budaya, tradisi, dan sejarah daerah. Namun, tanpa dukungan yang memadai, potensi ini sering terbuang percuma. Karya yang seharusnya bisa menjadi warisan budaya atau bahkan mencapai pasar internasional, justru berakhir di sudut-sudut studio yang tidak banyak diketahui orang.

Seniman daerah juga sering menjadi penjaga tradisi dan kearifan lokal. Mereka berupaya menghidupkan kembali seni tradisional yang mulai dilupakan generasi muda. Namun, tanpa platform yang memadai untuk mempromosikan karya-karya ini, upaya mereka sering tidak terlihat dan hilang seiring waktu.


Peran Pemerintah dan Masyarakat

Untuk membantu seniman daerah berkembang, diperlukan peran aktif pemerintah dan masyarakat. Pemerintah perlu menyadari pentingnya mendukung sektor seni dan budaya sebagai bagian dari pembangunan nasional. Program pendanaan, ruang kreatif, dan pelatihan untuk seniman lokal sangat diperlukan agar mereka dapat berkarya secara berkesinambungan.

Masyarakat juga perlu didorong untuk lebih menghargai seni sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari. Ini bisa dimulai dengan pendidikan seni di sekolah, festival yang inklusif, serta kampanye kesadaran tentang pentingnya seni dalam menjaga identitas dan kebanggaan daerah.


Seniman daerah sering kali terjebak dalam situasi yang sulit, tetapi tetap bertahan karena hasrat dan kecintaan terhadap seni. Iklim yang kurang kondusif membuat mereka berada di antara "mati segan, hidup tak mau." Agar seniman-seniman ini bisa berkembang dan berkontribusi lebih besar terhadap kebudayaan nasional, diperlukan dukungan nyata dari pemerintah, masyarakat, dan komunitas seni. Tanpa itu, kita akan terus kehilangan potensi besar yang tersembunyi di berbagai daerah di seluruh Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun