Mohon tunggu...
BUDIAMIN
BUDIAMIN Mohon Tunggu... Seniman - K5 ArtProject

Hanya debu yang diterbangkan angin

Selanjutnya

Tutup

Seni

Seniman Baperan: Masih Ada ?

15 Agustus 2024   12:35 Diperbarui: 15 Agustus 2024   12:37 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam dunia seni, sikap seniman terhadap kritik dan masukan sangat bervariasi. Beberapa seniman terbuka dan melihat kritik sebagai kesempatan untuk berkembang, sementara yang lain mungkin menunjukkan reaksi yang kurang konstruktif. Salah satu respons yang sering muncul adalah sikap "baperan" (bawa perasaan) dan alergi terhadap kritik. Ulasan ini akan membahas dinamika tersebut, mengapa sikap ini bisa muncul, dan dampaknya terhadap perkembangan karier seniman.

Sikap "baperan" merujuk pada ketidakmampuan atau ketidaksediaan untuk menerima kritik atau masukan tanpa merasa tersinggung secara pribadi. Seniman yang menunjukkan sikap ini cenderung merasa bahwa kritik terhadap karya mereka adalah serangan pribadi terhadap diri mereka sendiri, bukan sekadar penilaian terhadap produk yang mereka ciptakan. Reaksi ini bisa meliputi defensif yang berlebihan, penolakan untuk mendengarkan saran, atau bahkan menyerang balik pihak yang memberikan kritik.

Fenomena ini sering kali terkait dengan beberapa faktor psikologis dan emosional. Seni adalah ekspresi pribadi yang mendalam; karenanya, seniman sering kali sangat terhubung secara emosional dengan karya mereka. Ketika seseorang mengkritik karya seni, seniman mungkin merasa bahwa identitas atau nilai pribadi mereka sedang dinilai, bukan hanya hasil karya mereka. Ini bisa mengarah pada reaksi yang kuat dan defensif.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap Ini

  • Keterikatan Emosional dengan Karya : Bagi banyak seniman, karya seni mereka adalah cerminan dari diri mereka. Keterikatan emosional ini membuat kritik terhadap karya terasa seperti serangan terhadap diri mereka sendiri. Hal ini dapat menyebabkan mereka menjadi sangat sensitif terhadap ulasan atau masukan yang dianggap negatif.
  • Kepastian Diri dan Kepercayaan Diri: Seniman dengan kepercayaan diri yang rendah atau rasa tidak aman terhadap kemampuan mereka lebih cenderung merespons kritik dengan cara yang defensif. Mereka mungkin merasa terancam oleh penilaian orang lain dan menanggapi dengan menolak atau membela diri.
  • Pengalaman Masa Lalu: Pengalaman sebelumnya juga berperan besar. Jika seorang seniman pernah mengalami kritik yang tidak konstruktif atau bahkan menyakitkan, mereka mungkin menjadi lebih defensif dan kurang terbuka terhadap masukan di masa depan.
  • Budaya dan Lingkungan: Lingkungan di mana seniman berkembang juga mempengaruhi cara mereka merespons kritik. Di beberapa komunitas seni, kritik sering kali dianggap sebagai sesuatu yang sangat negatif, dan ini bisa memperkuat sikap alergi terhadap masukan.

Sikap "baperan" dan alergi terhadap kritik dapat memiliki dampak signifikan pada karier seniman. Meskipun reaksi defensif mungkin terasa melindungi secara emosional, ia juga dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan. Berikut beberapa dampaknya:

  • Hilangnya Kesempatan untuk Berkembang: Kritik yang konstruktif sering kali menawarkan perspektif yang berbeda dan peluang untuk perbaikan. Dengan menolak kritik, seniman kehilangan kesempatan untuk belajar dan berkembang. Hal ini bisa menghambat kualitas dan evolusi karya mereka seiring waktu.
  • Menurunnya Kualitas Hubungan Profesional: Sikap defensif dapat mempengaruhi hubungan dengan kolega, kurator, atau audiens. Ketika seniman terus-menerus menunjukkan sikap alergi terhadap kritik, mereka mungkin dianggap sulit diajak bekerja sama, yang bisa berdampak negatif pada jaringan profesional mereka.
  • Stagnasi Kreatif: Tanpa masukan yang bermanfaat, seniman mungkin terjebak dalam rutinitas kreatif yang sama. Kritik sering kali membantu memecahkan kebuntuan kreatif dengan menghadirkan sudut pandang baru dan ide-ide segar.
  • Dampak pada Reputasi: Seniman yang sering kali menunjukkan sikap defensif mungkin menghadapi penilaian negatif dari komunitas seni. Reputasi sebagai individu yang tidak dapat menerima kritik bisa mempengaruhi peluang pameran, kolaborasi, dan pengakuan.

Mengatasi sikap "baperan" memerlukan perubahan perspektif dan pendekatan yang proaktif terhadap kritik. Berikut beberapa langkah yang dapat membantu:

  • Mengembangkan Keterampilan Mengelola Emosi : Latihan seperti meditasi, refleksi pribadi, dan terapi dapat membantu seniman mengelola reaksi emosional mereka terhadap kritik.
  • Melihat Kritik Sebagai Alat Pembelajaran : Mengadopsi perspektif bahwa kritik adalah kesempatan untuk belajar, bukan serangan pribadi, dapat membantu seniman lebih terbuka terhadap masukan. Ini melibatkan memahami kritik dalam konteks yang lebih luas dan memisahkan diri dari karya yang dinilai.
  • Mencari Masukan dari Sumber Terpercaya : Seniman bisa mencari kritik dari mentor atau rekan-rekan yang mereka percayai dan hormati. Masukan dari sumber yang dianggap objektif dan mendukung dapat lebih mudah diterima dan diterapkan.
  • Berlatih Keterampilan Komunikasi : Mengembangkan keterampilan komunikasi yang baik juga dapat membantu seniman menjelaskan proses kreatif mereka dan berinteraksi secara lebih produktif dengan pemberi kritik.

Sikap "baperan" dan alergi terhadap kritik adalah tantangan yang sering dihadapi oleh seniman, tetapi dengan pendekatan yang tepat, hal ini bisa diatasi. Memahami bahwa kritik adalah bagian dari proses kreatif yang sehat dan berfungsi untuk membantu seniman berkembang adalah langkah penting. Dengan mengelola reaksi emosional dan membuka diri terhadap masukan, seniman dapat memperbaiki karya mereka, memperluas peluang profesional, dan meningkatkan kualitas artistik mereka.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun