Kemudian ia menengok ke lingkaran metal berwarna perak berlogo departemen dipimpinnya . Jarum-jarum menunjukkan bahwa waktu Asar telah telah lewat. Tersadar, ia segera melepas sepatu dan memakai sandal menuju kamar mandi, yang tersedia di ruang kerja nan mewah dan membekukan.
Ramadan membawa perubahan kepada diri Rudolfo. Ia berpuasa, menjalankan ibadah lebih tertib, dan mulai mengingat keluarga. Bahwa, sebelumnya ia telah banyak melewatkan waktu berharga bersama keluarga. Kesibukan di kantor dan pertemuan-pertemuan tingkat tinggi membuatnya sangat sibuk.
Ya, setelah menunaikan kewajiban, Rudolfo berkemas untuk segera menemui anak dan istrinya. Untuk berbuka bersama, bercengkerama, dan dengan mereka yang ia cintai melaksanakan salat Isya dan tarawih di masjid dekat rumah.
Rudolfo menetapkan sebuah keputusan, meninggalkan ruangan beserta berkas menganga belum bertanda tangan pada pukul empat lebih sedikit.
"Pergi ke mana?" seorang wanita cantik mengernyitkan dahi.
"Ya, ada pertemuan penting."
Jari-jari lentik segera membolak-balik sebuah buku besar.
Rudolfo menepis kebingungan sekretarisnya, "Tak tercatat di situ. Ini urusan mendadak."
"Dokumen sudah diteken?"
"Saya pelajari besok. Berangkat dulu, ya!"
Sore itu sopirnya bermanuver menembus kemacetan. Rudolfo biasa pulang tanpa melihat melihat keindahan senja. .