Dibanding rumah makan pecel Madiun di pusat kota, isi sayurnya lebih banyak dengan kondimen (rempeyek, orek tempe, serundeng) lebih komplit.
Harga juga terpaut jauh. Di lapak Teh Ipah pecel komplit ditebus dengan uang Rp14.000 saja. Di sana lebih mahal, itu pun belum termasuk rempeyek
Teh Ipah? Iya, itu nama penjualnya. Wanita ramah yang lahir dan besar di Cianjur, Jawa Barat, memasak pecel, rawon, gudeg, dan masakan lainnya.
Rasa pecelnya pas di lidah. Enak. Kok bisa bikinnya, padahal pecel Madiun bukan makanan khas Kota Tauco?
Usut punya usut, ternyata ibu kandungnya asli Ponorogo. Ia mewarisi kemampuan memasak dari wanita yang melahirkannya. Tak mengherankan, Teh Ipah jago mengolah hidangan Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Lain waktu saya akan coba nasi rawonnya
Soto Pacitan
Sabtu pekan berikutnya, naik BisKita rute stasiun ke Ciparigi. Satu halte sebelum tujuan akhir, saya turun dan langsung berada di pasar kaget.
Di ujung keramaian terlihat "Kampoeng Jajan RT 06" dengan beberapa warung tenda. Lihat punya lihat, pilihan jatuh ke tenda penjualan soto ayam kampung khas Pacitan warung Pacitan dan masakan lainnya.