Kata tuan rumah, hidangan istimewa untuk tamu perusahaan. Zaman dulu disajikan untuk raja-raja dan pembesar. "Namanya, ikan jurung-jurung," lanjutnya.
Saya baru mendengarnya.
Ikan jurung umumnya ditemukan di sungai-sungai di Sumatera Utara hingga Aceh. Warga setempat biasanya menangkap dengan cara memancing dan menjalanya. Ikan itu aktif pada malam hari di sungai-sungai jernih, yang cenderung berbatu dan beraliran cukup deras (sumber).
Ikan air tawar yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Waktu itu, tahun 2004, ikan jurung segar berharga Rp125.000 per kilogram.
Sepertinya ikan jurung dimasak arsik, setelah melihat kuahnya yang berwarna kekuningan dan mengepulkan aroma khas.
Kemudian sebuah tayangan "Masak Arsik Ikan Jurung" di YouTube kanal @D_Torang88 menegaskan simpulan di atas. Dari situ diperoleh gambaran cara memasak arsik ikan jurung.
Bahan
- Ikan jurung.
- Daun singkong atau kacang panjang.
Bumbu
- Bawang merah, bawang putih, jahe, lengkuas, buah kecombrang, cabai rawit, dan andaliman dihaluskan.
- Kunyit bubuk.
- Memarkan dan simpulkan batang serai.
- Bunga kecombrang dipotong memanjang jadi empat.
- Potong-potong 3-4 sentimer batang kecombrang.
- Garam
Cara Memasak
- Letakkan pada kuali batang serai, sayur, dan ikan jurung.
- Taburkan merata kunyit bubuk.
- Bumbu halus diaduk bersama bunga kecombrang dan air lalu disiramkan merata.
- Tambahkan air secukupnya.
Dalam tayangan tersebut tidak terlihat penambahan bumbu penyedap buatan. Kombinasi beragam rempah dengan takaran tepat merupakan kunci kelezatan masakan.
Kembali ke mesin lorong waktu. Penjelajahan rasa olahan ikan jurung meninggalkan kesan mendalam. Aroma rempah menguar. Rasa enak menjajah lidah. Hingga kini kelembutan dagingnya melekat dalam ingatan.
Daging ikan jurung sendiri berwarna putih, tercecap lembut di lidah, dan menghadirkan rasa gurih sedikit manis. Bisa jadi karena baru dipancing dari sungai.