Saya pikir pada percobaan ketiga akan membuat mulut bosan menyantap camilan tradisional ini. Ternyata tidak!
Seraya menekan perasaan tidak enak hati, kembali tangan meraih satu potong. Sekarang saya memakan singkong sambil sesekali menyeruput kopi. Lah, tambah nikmat!
Mulut masih ingin memamahnya, tetapi apa daya isi perut sudah sesak dengan satu buras (lontong isi), tiga tahu, dan empat potong singkong.
Supaya tidak berlama-lama sehingga tergoda mengambil lagi singkong goreng, saya segera beranjak dan membayar.
"Kopi, empat ribu. Buras satu dan gorengan tiga, lima ribu. Semuanya sembilan ribu."
"Empat singkong?"
"Gak usah. Mau bawa?"
Saya menggeleng sembari menepuk-nepuk perut.
Kamis kemarin tidak jadi muram. Saya merasa beruntung, nongkrong dan ngopi mendapatkan singkong goreng pulen secara cuma-cuma alias gratis. Jadi enak nih.
Sayangnya, saya tidak bisa mengambil foto singkong berhubung lupa membawa telepon genggam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H