Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Jounalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Subur Makmur Ayem Tentrem

27 November 2024   12:05 Diperbarui: 27 November 2024   12:21 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Subur Makmur Ayem Tentrem (Foto oleh Ihsan Adityawarman pexels.com)

Sembilan puluh sembilan warga bersukacita menanggapi pidato pemimpinnya. Baskoro tersenyum melihat kegembiraan penghuni wilayahnya.

Wilayah terisolasi yang tidak memiliki laut. Hanya dikelilingi daratan, yang umumnya menonjol lebih tinggi tetapi lebih rendah ketimbang gunung.

Tanahnya subur makmur. Air bersih menyembur-nyembur, berkat akar pepohonan dan belukar di bukit-bukit telah menyesap habis titik-titik cair dari langit.

Dengan akses terbatas, kekayaan melimpah, maka seratus penduduk bakal mampu menghidupi dirinya dengan hasil pertanian setempat. Tidak perlu bahan pangan dari luar wilayah. Cukup dari hasil pertanian dan peternakan setempat.

Hasil pertanian bernilai paling besar adalah beras. Untuk teman makan, warga bisa mengambil sayur, unggas, bahkan ikan dari pekarangan masing-masing.

Dengan demikian, langkah strategis Baskoro dapat diterima akal. Dengan syarat, tidak ada keadaan lain yang menimbulkan perubahan.

Sumber-sumber kekayaan terbagi kurang lebih merata pada di antara seratus orang, yaitu sembilan puluh sembilan warga ditambah Baskoro. Boleh dibilang, takada renggang ekonomi sosial sangat lebar di antara mereka. Tak bakal menemukan orang terlalu kaya, pun terlalu miskin.

Demikian pula halnya dalam ihwal pangan. Semua orang di daerah terlindung itu menyantap bahan pangan sama dengan jumlah kurang lebih setara.

Semua orang bekerja dengan semangat sejiwa. Dengan kemampuan menghasilkan sesuatu secara proporsional dan seimbang. Semua orang berbahagia, memperoleh makan bergizi tidak gratis secara cukup. Uang dimiliki bernilai sepadan untuk menjangkau harga beras yang terjaga stabil.

Dua musim kemarau terlampaui. Persediaan beras senantiasa terjaga jumlahnya, sekurang-kurangnya untuk memenuhi perut seratus orang.

Jual beli bahan pangan utama berlangsung sentosa, berkat uang beredar selalu berjumlah demikian sebagaimana ditetapkan semenjak pidato Baskoro. Warga hidup di wilayah subur makmur ayem tentrem tanpa gejolak kesenjangan sosial, harga beras terjangkau, lahir batin sehat wal afiat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun