Bagusnya, kini seleksi CPNS jauh lebih ketat. Kian berkurang rasio pegawai berdasarkan kekerabatan dibanding yang diterima melalui jalur seleksi.
Terutama pada tataran peneliti. Mereka cenderung dipilih mereka berdasarkan tes kualifikasi. Demikian pula teknisi dengan kemampuan memadai yang dibutuhkan peneliti sebagai asisten.
Kian kompleksnya bidang penelitian membutuhkan kian banyak peneliti, teknisi, dan staf administrasi. Seiring dengan penambahan pegawai, gedung-gedung dibangun. Makin banyak, mentereng, dan ditanam pada kebun-kebun percobaan.
Fenomena tersebut membuat seseorang berkata, "Pegawai pertanian sekarang lebih mahir menanam gedung daripada menanam jagung."
Ah, pernyataan sinis. Ia melihat persoalan pertanian kita dengan cara pandang sahaja. Tapi mungkin saja ia mencermati hasil. Mengamati bahwa program ketahanan dan kemandirian pangan tak pernah terjadi. Frasa negeri "tongkat kayu dan batu jadi tanaman")* serupa ilusi.
Lupakan ia bersama segala kegalauannya, yang bukan kegalonan. Kembali beromong-omong tentang gedung.
Dibangunnya gedung-gedung perkantoran baru demi menampung para peneliti, teknisi, pegawai administrasi, peralatan penelitian, laboratorium, dan rumah kaca. Diperlukan uang negara tidak sedikit untuk pengadaannya. Miliaran rupiah bahkan mungkin lebih bila diakumulasi.
Sekarang gedung-gedung megah nan mentereng menjadi sepi. Satu pegawai yang enggan disebutkan namanya mengatakan, satu gedung luas bertingkat dua sekarang dihuni kurang dari 60 orang. Tadinya diisi ratusan pegawai. Jangan-jangan, satu pegawai bisa menempati dua tiga ruangan!
Jumlah penghuni merosot, lantaran mulai tahun 2021 sebagian besar peneliti dan teknisi dari komplek lembaga penelitian pertanian itu pindah ke BRIN. Sebagian kecil mungkin memilih tetap tinggal, dengan konsekuensi menjadi pegawai administrasi.
Bagaimana BRIN terbentuk dan peneliti harus bergabung dengannya? UU No 11 thn 2019 tentang Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, serta Perpres No 78 thn 2021 tentang Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) lebih bisa menerangkannya.
Konsekuensi perpindahan peneliti dan teknisi ke instansi berbeda adalah tidak optimalnya utilisai aset. Gedung-gedung besar dengan sedikit pegawai. Laboratorium dan peralatan mahal tidak terpakai. Rumah-rumah kaca yang kurang terurus. Mungkin masih ada lagi.