Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Jounalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Menyantap Mie Karet Penggoda Selera di Jalan Walet

9 November 2024   08:08 Diperbarui: 9 November 2024   08:24 459
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lantaran penasaran, maka pertama kali saya memesan hidangan mie karet. Tepatnya, mie karet ayam bakso swekiaw yamin porsi biasa.

Pesanan pertama? Saya baru pertama kali datang ke gerai ini dan mencoba mie kenyal. Setelah ini, ada rencana berkunjung lagi menjajal menu berbeda.

Saya sengaja datang sehubungan dengan rencana putri saya untuk meneruskan usaha tersebut.

Sadjang Bakmi, begitu bunyi tulisan di kain yang terentang di muka. Kata "sadjang" mencerminkan apa, sampai saat ini saya tidak dapat menebaknya. Mungkin lain kali saya telusuri informasi mendalam tentangnya.

Gerai kecil yang tertata apik berada di Jalan Walet, Kota Bogor. Persis bersandar pada tembok pembatas kantor ATR/BPN.

Walaupun kecil, sekitar 20 meter persegi, ruangan terlihat luas berkat penataan dan cermin lebar di satu dinding. Enak untuk nongkrong tidak langsung pulang pada sore atau malam hari. Pada siang njepret, udara panas menyelinap ke dalam.

Gerai Sadjang Bakmi (dokumen pribadi)
Gerai Sadjang Bakmi (dokumen pribadi)

Saya duduk di meja menghadap dapur. Dua staf gerai, yang kemudian diketahu bernama Puti dan Diah, sibuk menyiapkan hidangan. Merebus rongkong ayam (chicken stock) dalam sebuah panci dan menyangrai daging ayam dihaluskan bersama bumbu-bumbu.

Dua gadis muda itu juga menata meja kursi, mengelapnya, menyapu lantai, dan mengatur pot di luar ruangan.

Memandang daftar menu. Ada lima kelompok hidangan ditawarkan: mi keriting, mi karet, mi tebal, tambahan, dan minuman.

Setelah menanyakan perdedaan antara tiga macam mi, saya memesan mi karet ayam bakso swekiaw yamin.

Daftar menu Sandjang Bakmi (dokumen pribadi)
Daftar menu Sandjang Bakmi (dokumen pribadi)

Tidak lama, hidangan tersuguh. Mi dan kuah disajikan terpisah.

Satu mangkuk bermotif berisi mi matang yang sudah diaduk dengan minyak bawang, merica, dan kecap. Ditaburi daging ayam dihaluskan, kulit pangsit goreng dipotong kecil, dan disampingnya diletakkan sayur pakcoy rebus.

Bakso, swekiaw, dan kaldu ditaburi irisan daun bawang disajikan dalam mangkuk lebih kecil. Minyak cabai (chili oil) di pisin sebagai sambal.

Sendok bebek melamin dan sumpit bukan sekali pakai direndam di gelas stainless steel.

Secara keseluruhan, penyajiannya menarik. Penampilan merupakan salah satu faktor awal penggugah selera terhadap hidangan.

Berikutnya, aroma masakan. Sayangnya, saya tidak dapat membaunyinya karena mengalami gejala flu.

Penentu terakhir adalah soal rasa. Seperti namanya, adonan terigu dibentuk serupa tali itu memang kenyal, tapi tidak sulit digigit. Butiran daging ayam berbumbu menempel pada mi. Potongan kulit pangsit digoreng terasa "kriuk" saat dikunyah.

Bakso tidak melawan ketika dipotong dengan sendok. Swekiaw --pangsit isi adonan ayam-- terasa enak ketika digigit. Saya duga, dua produk ini beli jadi. Bukan bikin sendiri.

Suapan dengan sumpit diikuti oleh seruputan kaldu pada sendok bebek. Rasa mi berbumbu dinetralkan dengan kaldu gurih yang cenderung tawar. Enak tidak bikin enek. Memicu keinginan lidah untuk mengenyam suapan dan suruputan selanjutnya.

Mi dan kuah habis menyisakan minyak sambal. Perut terasa nyaman.

Mbak Puti tertegun ketika saya berkata, "Keras! Tidak semuanya habis."

Lalu tersenyum manis saat saya mengembalikan mangkuk, sumpit, dan sendok sambil berkata bahwa benda-benda itu demikian keras hingga tak bisa dikunyah.

Memang mi karet di sebuah gerai Jalan Walet itu demikian menggoda selera, meskipun saat memakannya saya dalam keadaan kurang sehat.

Lain waktu, saya akan mencoba menu mi keriting dan mi lebar. Dalam keadaan lebih fit sehingga bisa mencium aromanya, selain menikmati suapan demi suapan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun