Tajuk Rencana kompas edisi 11 Oktober 2024 mengatakan, dalam sepuluh tahun terakhir generasi muda Indonesia makin rentan terserang masalah jantung.Â
Diduga, gaya hidup kurang gerak dan pola makan tak sehat memicu keadaan tersebut. Peningkatan kasus penyakit jatung pada generasi muda diperkirakan meningkatkan beban ekonomi, dengan lonjakan klaim BPJS (sumber).
Mencegah timbulnya masalah jantung adalah dengan pengendalian faktor risiko seperti kebiasaan merokok, pola konsumsi tak sehat, obesitas, mengurangi konsumsi alkohol, rendahnya kegiatan fisik, dan pengaruh pencemaran udara.
Dalam kerangka pola makan tak sehat, terutama terkait dengan konsumsi makanan bergaram, hipertensi dianggap sebagai faktor resiko utama penyakit jantung.
Ihwal tekanan darah tidak stabil ini mengantar saya ke dokter spesialis jantung.Â
Saya masih muda --bila dilihat dari Timbuktu-- dan merasa tidak ada masalah dengan jantung. Namun, dokter spesialis saraf tetap menulis surat rujukan ke dokter jantung, lantaran tensi saya di atas normal: 140/90 mmHG.
Terlintas pikiran jelek. Jangan-jangan rujukan itu jadi alat peningkatan klaim BPJS, melalui konsultasi dokter dan penggunaaan alat pemeriksa jantung? Ah sudahlah, ojo mikir ruwet!
Setelah pemeriksaan EKG dan Ultrasonografi, dokter mengatakan bahwa tidak ada masalah serius dengan jantung saya.Â
Cuma, nah ini, cuma ada penebalan pada dinding pusat peredaran darah dalam rongga dada. Tidak ada pembengkakan. Penebalan dinding sebab tekanan darah tinggi.Â
Saran yang kerap terdengar, tetapi sering dilanggar, adalah pasien dengan kecenderungan hipertensi agar mengurangi konsumsi garam. Juga memperbanyak makan sayur dan buah. Satu lagi, jangan mager --males gerak.